Guru SM-3T Jalan-jalan ke kampung Fafado, distrik riseisayati, Kabupaten Waropen, Papua
Kala itu,
Sabtu, 23 Juli 2016. Cuaca di kampung
Rorisi, distrik Urei Faisei sangat cerah. “Matahari bersinar burung-burung
berkicau, bertambah-tambah indahnya” lagu yang sering dinyanyikan anak-anak
sebelum memulai pelajaran di sekolah..
sebagai ungkapan rasa syukur mereka kepada Tuhan, menurut kepercayaan
mereka....hehe...
Hari itu
kebetulan di sekolah tidak ada jam mengajar, besok hari ahad jadi libur, dan
suasana hati lagi galau gunda gulana. Mau jalan ke mall, mana ada mall di
Waropen? Namanya saja daerah 3T, jangankan mall indomaret, alfa mart dsb.nya
pun tidak ada. Hanya ada kios dan pasar kecil saja dengan harga barang yang
lumayan tinggi, maklum kitong ceritanya lagi di Papua. Dan akhirnya ku putuskan
untuk ikuut bersama teman-teman yang kebetulan penenmpatannya di distrik
tetangga. Agak jauh memang dari kota (katanya karena tidak seperti kota-kota
lain di sulawesi dsb.) penempatan saya tapi, tidak apalah sekali-kali ke lokasi
teman dan hitung-hitung melepas penat dan kegalauan karena di kota terus.
Dengan
semangatnya, barang-barang sa kasi masuk dalam ransel andalan, pilih
barang-barang seperlunya saja tidak boleh banyak-banyak dan jangan lupa
pelampung andalan juga tidak boleh ketinggalan, maklum untuk ke sana kita mesti
naik speedbood mengarungi sungai, laut, dan tentunya muara jadi yah begitu
deh... hehehe setelah barang-barang sudah siap, saya besama beberapa rekan guru
SM-3T yang juga ikut berkunjung ke sana langsung menuju pelabuhan kali sanggei.
Di pelabuhan itu baru kitong naik speed ke fafado. Dari posko induk (tempat
kami tinggal) ke kali sanggei tidak terlalu jauh sebenarnya tapi karena barang
yang kami bawa cukup banyak, makanya kami di antar oleh Dg. Ramma salah seorang
guru SM-3T juga dengan bus sekolah. Nih pelabuhan kali sanggeinya hihihiii...
Sesampainya
di kali sanggei ternyata speed yang ke fafado hari tiu cuma satu sedangkan
penumpang ke sana tidak muat kalau speednya cuma satu saja. Setelah
bernegosiasi dengan motorisnya, akhirnya kami diminta untuk menunggu dulu,
beliau terlebih dahulu mengantar warga ke sana lalu menjemput kami.
Dan tadaa ini dia ibu-ibu guru
SM-3T yang lagi nunggu dijemput. Bukan dijemput sama suami yah... tapi dijemput
pak motoris ke Fafado. Tong belum boleh nikah jadi... hahaha masih ad kontrak
neng...
Supaya
tidak bosan nunggu, kitong foto-foto ala-ala model hutan bakau dan dermada kayu
saja ehhh... hahaha
Karena bahagia itu tidak
selamanya mahal kawan...
Setelah
menunggu kurang lebih 4 jam di kali, akhirnya bapak motoris dan speednya pun
datang. Cuaca tidak cerah lagi, langit sudah agak mendung dan seakan hujan
telah memberi kode ingin turun. Namun, hal ini tidak menyurutkan langkah kami.
Sambil pak motoris menyiapkan speednya, kami pun juga mempersiapkan diri dan
barang bawaan dan tentunya mengabadikan moment bersama.. yah foto...
asyik-asyiknya
berfoto. Tiba-tibaaa... ada seorang warga dalam kondisi mabuk datang
menghampiri kami. Dong teriak-teriak “ehh bu guru kalian mo kemana?” tang
jawab” mo ke Fafado bapak” dia tanya lagi sambil mendekat ke arah kami” kam
bikin apa di sana, sa ikut eh”.. dan refleks kami berhamburan, kenapa? Dong pu
fisik saja kasar, kuat, apa lagi dalam keadaan mabuk, jelas kami takut... dan
warga serta bapak motoris yang ada saat itu tidak tinggal diam saja, mereka memarahi
dan menyuruh pergi bapak yang mabuk tadi... setelah sekian lama baru dia mau
pergi... huuuuffttt selamat kata kami....
setelah
speed siap berangkat, kami pun bergegas naik, dan cuss kampung Fafado...
Sir Ahmad
baru nongol di foto yah.. maklum sendiri laki-laki jadinya lebih sering jadi
tukang foto.. hahaa
Setelah menempuh perjalanan
melewati sungai, laut, dan muara yang kurang lebih ditempuh selama 4 jam
akhirnya, kami sampai juga di kampung Fafado. Tidak mudah untuk merapat masuk
ke dermaga kampung karena saat itu air lagi meti (surut) jadinya speed yang
kami tumpangi beberapakali kandas dan mati mesin... hawatir dan takut juga sih
sebenarnya karena kalau speednya tidak bisa merapat ke dermaga, mau tidak mau
kami harus turun dan jalan menuju dermaga. Jalannya tidak jadi masalah tapi medannya
itu loh lumpur... kenapa lumpur? Yah karena dermadanya yah ada di tengah-tengah
hutan bakau... hihihiii tapi dengan susah payah akhirnya sampai juga di
dermaga.. “yeeeehhhh welcome to FAFADO anak-anak” ucap Sir ahmad..
Setelah
naik ke dermaga, kami dibantu warga untuk mengangkat barang bawaan kami dan
berjalan kaki menuju sekolah sekaligus tempat tinggal dua orang rekan guru
SM-3T yang telah lebih duluan beada di sana, yah karena mereka ngajar di sana
sih sebenarnya....
Baru
memasuki lingkungan sekolah saya dan teman-teman yang lain su teriak
“maaaammmmmmm....mam Raniiii... maaammm Hijrah maaammmmm kami datang maaammmm”
hahahaha mendengar teriakan kami, Mam Rani dan Mam Hijrah langsung lari dari
perpustakaan yang di sulap oleh kepala sekolah mereka menjadi tempat tinggal
mereka... hahaha betapa bahagianya kami melihat mereka berdua hahahaaa...
dituntunnya kami ke tempat tinggal mereka.. ehhh di pintu su ada kertas yang di
tempel oleh mereka dengan tulisan “welcome in our home” hahahaha ada-ada saja
mereka....
Nah liat tuh yang di pintu.. itu
tuh kertas penyambutannya... hahaha maaf yah gambarnya agak kurag jelas..
maklum kami tiba di saat sudah magrib dan cuaca mendung trus kamera hpnya yah
gitu hahaha....jadi yah begitu....
Setelah
kami selesai sholat dan istirahat sejenak, kami langsung masak saja bekal yang
kami bawa dari kota. Awalnya sih listrik masih menyala, karena kebetulan genset
kampung yang jadi sumber listrik warga setempat, namun tidak lama kemudian
tiba-tiba colokannya mulai mengeluarkan asap dan sedikit percikan api maklum
sumber listrik Cuma pakai genset yang arus listriknya tidak rata apalagi tidak
ada stavolt. Alhasil lampu semua padam, charger hp dan laptop sudah tidak tau
lagi bagaimana nasibnya entah sudah rusak atau masih layak pakai yang jelas
yang kami tau saat itu chargernya sudah berbau khas croslet... setelah makanan
siap, trus tong makan rame-rame baru istirahat, tong ada capek jadi.... pelampung
buat apa bu? Yah.. buat pengganti bantal saja, bantal nd cukup jadi.... hihihii
selamat tidur...
Keesokan
paginya, tepat di hari minggu, sebelum warga pergi ibadah ke gereja, kami
manfaatkan waktu untuk pergi ke tempat menelpon saja sekedar untuk mengabari
orang tua kalau kami sudah sampai di tempat pengabdian kawan kami. Kenapa tidak
langsung nelpon saja? Yah karena dikampung itu, hanya di tempat-tempat tertentu
saja yang memiliki sinyal dan seluruh kab. Waropen hanya ada sinyal telkomsel saja..
hihihii
Nah
ini dia tempat sinyalnya, warga setempat sudah buatkan tempat duduk dan meja.
Cara nelponnya gampang saja, HP kita taruh di meja, tunggu Hpnya dapat sinyal,
kalau Hpnya sudah dapat sinyal telpon deh... TAPI, eiiitsss jangan sampai Hpnya
bergeser yah... nanti sinyal Hpnya hilang lagi... hahaha
Ibu-ibu
guru mau kemana nih?... mau ke rumahnya Sir Ahmad toh.. hahaha.. yuk mari...
Nih..
tempat ngajarnya Sir Ahmad, di dalam juga ada rumahnya Sir Ahmad kok, semacam
kompleks guru gitu. kok sepi? Yah inikan hari minggu, sekolah libur,
oarang-orang pada pergi ibadah ke gereja. Yah di kampung ini tidak ada mesjid,
yang adanya Cuma gereja saja... yah kan warganya semua kristen yang islam Cuma
guru SM-3T yang ditempatka di daerah itu. Lanjut, yuk masuk ke rumahnya. Ehh
belum sampai di rumahnya Sir Ahmad kita sudah di sambut oleh Hijrin dan
Fahranikus, siapa mereka? Ini dia...
Anjing
peliharaannya Sir Ahmad. Hihihiiii ke mana pun Sir Ahmad Pergi pasti kedua
anjing ini ikut kecuali kalau dong ke kota sih... hanya sampai batas Waropen
timur saja.
Kami
tidak lama sih di sana, karena orang-orang pi ibadah, jadinya tong Cuma pi
petik buah rica (lombok dalam bahasa Papua) yang Sir Ahmad tanam di depan
rumahnya buat tong bikin sambel jalangkote (makanan khas makassar) nanti malam.
Cuss
balik ke rumah Mam Rani dan Mam hijrah. Karena tidak boleh keluar rumah pas
orang lagi ibadah di gereja (karena kata warga setempat pimali). Jadi tong
merajut benang buat bikin noken (tas khas papua) saja....
Lanjut
cerita, ditengah kegelapan malam, karena gensetnya masih bermasalah, kami
membuat jalangkote (makanan khas Makassar) yah tetap kami buat saja dengan
penerangan dari powerbank yang semua masih full, kan ceritanya kami baru saja
tiba dari kota.. haha tau kan isi jalangkote? Ada wortel, kentang, daun bawang,
daging ayam atau sapi, telur, dll. Tapi edisi jalangkote yang kami buat malam
itu dengan isian pisang muda dan mie saja... hahaha maklum di daerah 3T, di
kampung tidak ada pasar jadi, pake yang ada saja yang penting enak dan
kebersamaannya itu loh...
Mam Rani kok ngg kelihatan?.. hmm
Mam ada sakit, dong menggigil dan badannya panas jadi suruh istirahat saja.
Keesokan
paginya, Mam Rani sudah siap-siap dan berpakaian Rapi. “loh Mam, mau kemana?”
tanyaku”mau ngajar” jawabnya” tapi kamu masih sakit, istirahat saja dulu lah,
kan masih ad guru-guru yang lain”minta dia untk istirahat saja, trus dia
bilang”aahh tidak boleh, sa harus ngajar, liat itu di luar siswaku masih
berkeliaran, guru-guru yang lain tidak ada,mereka lebih senang tinggal di kota
sana, kasian mereka berkeliara begitu saja”. Memang sih, rata-rata guru-guru
yang ditugaskan dipedalaman lebih memilih tinggal di kota saja. Mereka tetap
terima gaji setiap bulannya tapi tidak pernah masuk mengajar. Siswa-siswa
terlantar begitu saja. Yah inilah salah satu potret pendidikan di daerah 3T
yang masih banyak orang belum tau dan bahkan tidak mau tau.
Dengan semangatnya Mam Rani
memberikan apel pagi untuk siswanya, padahal ia masih sakit. Sementara itu saya
bersama Sir Ahmad pada waktu itu keliling kampung untuk mencari hubungan ke
kota, yah kami sudah harus balik ke kota karena kami juga punya kewajiban
mengajar di sekolah-sekolah penempatan kami masing-masing di kampung.
Sempat
putus asa sebenarnya, karena setelah kami keliling kampung, tidak ada satupun
speed yang jalan pada hari itu. Tapi untung ada bapak kepala kampung yang baik
hati yang mengijinkan kami untuk menumpangi speednya yang sebenarnya speed itu
mau beliau pake buat antar mas kawin ke Serui (kota di pulau seberang Waropen).
Tapi karena ada ibu-ibu guru yang mau jadi speed yang satu itu batal dipakai ke
serui.
Setelah
kami berpamitan ke siswa-siswa dan teman-teman yang lain, cuss kita ke dermaga
untuk balik ke URFAS.. hihihiii
Sambil
nunggu speednya disiapkan, tong foto-foto di dermaga dulu. Tidak lama kemuadian
gerombolan siswa dan warga ada datang bawa barang-barang. Loh kok ini ada apa?
Fikir kami, tidak lama Mam Rani, Mam hijrah, datang dengan kondisi air mata
masih menetes, siswa-siswa juga pada nangis, wargapun seperti itu.....kami
heran saja seketika..
Usut
punya usut tetnyata satu-satunya guru PNS yang masih bertahan di sekolah itu
dipindah tugaskan ke kota.alhasil guru yang tersisa hanya ada dua gur SM-3T
saja dan kepala sekolah. Dimana, saat itu ibu-ibu guru SM-3Tnya kan sudah
hampir penarikan juga. Jadi kalau dong penarikan yah yang tersisa hanya kepala
sekolah saja.
nih
dia bu guru yang pakai topi ini yang dipindah tugaskan ke kota, dan di
sampingnya yah guru-guru SM-T semua,, hihihii
Speednya
sudah datang..... naikkan barang-barang lalu cuss URFAS....
Ibu guru
daahhhh.... teriak warga dan siswa yang lainnya,... air mata tak terbendung
lagi, seisi speed termasuk kami dan mereka yang di foto semua menangis, kenapa?
Bersama kami ada guru mereka yang dipindah tugaskan ke kota dan mungkin tidak
lagi bisa mengajar mereka lagi, mereka jalan mengikuti speed hingga ujung
dermaga sambil menangis. Serasa di film-film saja, tapi yah ini nyata. Kasian
mereka. Kalau guru SM-3T su penarikan tinggal kepala sekolah saja sendiri yang
ada di sekolah, miriskan, tapi inilah poteret pendidikan di daerah 3T.
Terimakasih Mam Rani, Mam hijrah,
Sir Ahmad, Mam Ida, dan Mam Ani tong balik ke urfas dulu. Terimakasi atas
pengalaman berharganya di Fafado dan maaf kami merepotkan.. hihihiii
TETAP SEMANGAT MENGEDUKASI, TETAP
SELALU MENGINSPIRASI, DAN SALAM MBMI!!!
SM-3T JILID V UNM
KABUPATEN WAROPEN, PAPUA
UNTUKMU NEGERIKU, PADAMU NEGERI KAMI
MENGABDI
Comments
Post a Comment