Kamis, 01 Desember 2016

Guru SM-3T Jalan-jalan ke kampung Fafado, distrik riseisayati, Kabupaten Waropen, Papua

Kala itu, Sabtu, 23 Juli 2016.  Cuaca di kampung Rorisi, distrik Urei Faisei sangat cerah. “Matahari bersinar burung-burung berkicau, bertambah-tambah indahnya” lagu yang sering dinyanyikan anak-anak sebelum memulai pelajaran di sekolah..  sebagai ungkapan rasa syukur mereka kepada Tuhan, menurut kepercayaan mereka....hehe...

Hari itu kebetulan di sekolah tidak ada jam mengajar, besok hari ahad jadi libur, dan suasana hati lagi galau gunda gulana. Mau jalan ke mall, mana ada mall di Waropen? Namanya saja daerah 3T, jangankan mall indomaret, alfa mart dsb.nya pun tidak ada. Hanya ada kios dan pasar kecil saja dengan harga barang yang lumayan tinggi, maklum kitong ceritanya lagi di Papua. Dan akhirnya ku putuskan untuk ikuut bersama teman-teman yang kebetulan penenmpatannya di distrik tetangga. Agak jauh memang dari kota (katanya karena tidak seperti kota-kota lain di sulawesi dsb.) penempatan saya tapi, tidak apalah sekali-kali ke lokasi teman dan hitung-hitung melepas penat dan kegalauan karena di kota terus.
Dengan semangatnya, barang-barang sa kasi masuk dalam ransel andalan, pilih barang-barang seperlunya saja tidak boleh banyak-banyak dan jangan lupa pelampung andalan juga tidak boleh ketinggalan, maklum untuk ke sana kita mesti naik speedbood mengarungi sungai, laut, dan tentunya muara jadi yah begitu deh... hehehe setelah barang-barang sudah siap, saya besama beberapa rekan guru SM-3T yang juga ikut berkunjung ke sana langsung menuju pelabuhan kali sanggei. Di pelabuhan itu baru kitong naik speed ke fafado. Dari posko induk (tempat kami tinggal) ke kali sanggei tidak terlalu jauh sebenarnya tapi karena barang yang kami bawa cukup banyak, makanya kami di antar oleh Dg. Ramma salah seorang guru SM-3T juga dengan bus sekolah. Nih pelabuhan kali sanggeinya hihihiii...
      Sesampainya di kali sanggei ternyata speed yang ke fafado hari tiu cuma satu sedangkan penumpang ke sana tidak muat kalau speednya cuma satu saja. Setelah bernegosiasi dengan motorisnya, akhirnya kami diminta untuk menunggu dulu, beliau terlebih dahulu mengantar warga ke sana lalu menjemput kami.
Dan tadaa ini dia ibu-ibu guru SM-3T yang lagi nunggu dijemput. Bukan dijemput sama suami yah... tapi dijemput pak motoris ke Fafado. Tong belum boleh nikah jadi... hahaha masih ad kontrak neng...
      Supaya tidak bosan nunggu, kitong foto-foto ala-ala model hutan bakau dan dermada kayu saja ehhh... hahaha

Karena bahagia itu tidak selamanya mahal kawan...
Setelah menunggu kurang lebih 4 jam di kali, akhirnya bapak motoris dan speednya pun datang. Cuaca tidak cerah lagi, langit sudah agak mendung dan seakan hujan telah memberi kode ingin turun. Namun, hal ini tidak menyurutkan langkah kami. Sambil pak motoris menyiapkan speednya, kami pun juga mempersiapkan diri dan barang bawaan dan tentunya mengabadikan moment bersama.. yah foto...

asyik-asyiknya berfoto. Tiba-tibaaa... ada seorang warga dalam kondisi mabuk datang menghampiri kami. Dong teriak-teriak “ehh bu guru kalian mo kemana?” tang jawab” mo ke Fafado bapak” dia tanya lagi sambil mendekat ke arah kami” kam bikin apa di sana, sa ikut eh”.. dan refleks kami berhamburan, kenapa? Dong pu fisik saja kasar, kuat, apa lagi dalam keadaan mabuk, jelas kami takut... dan warga serta bapak motoris yang ada saat itu tidak tinggal diam saja, mereka memarahi dan menyuruh pergi bapak yang mabuk tadi... setelah sekian lama baru dia mau pergi... huuuuffttt selamat kata kami....
setelah speed siap berangkat, kami pun bergegas naik, dan cuss kampung Fafado...
Sir Ahmad baru nongol di foto yah.. maklum sendiri laki-laki jadinya lebih sering jadi tukang foto.. hahaa

Setelah menempuh perjalanan melewati sungai, laut, dan muara yang kurang lebih ditempuh selama 4 jam akhirnya, kami sampai juga di kampung Fafado. Tidak mudah untuk merapat masuk ke dermaga kampung karena saat itu air lagi meti (surut) jadinya speed yang kami tumpangi beberapakali kandas dan mati mesin... hawatir dan takut juga sih sebenarnya karena kalau speednya tidak bisa merapat ke dermaga, mau tidak mau kami harus turun dan jalan menuju dermaga. Jalannya tidak jadi masalah tapi medannya itu loh lumpur... kenapa lumpur? Yah karena dermadanya yah ada di tengah-tengah hutan bakau... hihihiii tapi dengan susah payah akhirnya sampai juga di dermaga.. “yeeeehhhh welcome to FAFADO anak-anak” ucap Sir ahmad.. 
Setelah naik ke dermaga, kami dibantu warga untuk mengangkat barang bawaan kami dan berjalan kaki menuju sekolah sekaligus tempat tinggal dua orang rekan guru SM-3T yang telah lebih duluan beada di sana, yah karena mereka ngajar di sana sih sebenarnya....

Baru memasuki lingkungan sekolah saya dan teman-teman yang lain su teriak “maaaammmmmmm....mam Raniiii... maaammm Hijrah maaammmmm kami datang maaammmm” hahahaha mendengar teriakan kami, Mam Rani dan Mam Hijrah langsung lari dari perpustakaan yang di sulap oleh kepala sekolah mereka menjadi tempat tinggal mereka... hahaha betapa bahagianya kami melihat mereka berdua hahahaaa... dituntunnya kami ke tempat tinggal mereka.. ehhh di pintu su ada kertas yang di tempel oleh mereka dengan tulisan “welcome in our home” hahahaha ada-ada saja mereka....
Nah liat tuh yang di pintu.. itu tuh kertas penyambutannya... hahaha maaf yah gambarnya agak kurag jelas.. maklum kami tiba di saat sudah magrib dan cuaca mendung trus kamera hpnya yah gitu hahaha....jadi yah begitu....
Setelah kami selesai sholat dan istirahat sejenak, kami langsung masak saja bekal yang kami bawa dari kota. Awalnya sih listrik masih menyala, karena kebetulan genset kampung yang jadi sumber listrik warga setempat, namun tidak lama kemudian tiba-tiba colokannya mulai mengeluarkan asap dan sedikit percikan api maklum sumber listrik Cuma pakai genset yang arus listriknya tidak rata apalagi tidak ada stavolt. Alhasil lampu semua padam, charger hp dan laptop sudah tidak tau lagi bagaimana nasibnya entah sudah rusak atau masih layak pakai yang jelas yang kami tau saat itu chargernya sudah berbau khas croslet... setelah makanan siap, trus tong makan rame-rame baru istirahat, tong ada capek jadi.... pelampung buat apa bu? Yah.. buat pengganti bantal saja, bantal nd cukup jadi.... hihihii selamat tidur...
Keesokan paginya, tepat di hari minggu, sebelum warga pergi ibadah ke gereja, kami manfaatkan waktu untuk pergi ke tempat menelpon saja sekedar untuk mengabari orang tua kalau kami sudah sampai di tempat pengabdian kawan kami. Kenapa tidak langsung nelpon saja? Yah karena dikampung itu, hanya di tempat-tempat tertentu saja yang memiliki sinyal dan seluruh kab. Waropen hanya ada sinyal telkomsel saja.. hihihii
Nah ini dia tempat sinyalnya, warga setempat sudah buatkan tempat duduk dan meja. Cara nelponnya gampang saja, HP kita taruh di meja, tunggu Hpnya dapat sinyal, kalau Hpnya sudah dapat sinyal telpon deh... TAPI, eiiitsss jangan sampai Hpnya bergeser yah... nanti sinyal Hpnya hilang lagi... hahaha
Ibu-ibu guru mau kemana nih?... mau ke rumahnya Sir Ahmad toh.. hahaha.. yuk mari...
Nih.. tempat ngajarnya Sir Ahmad, di dalam juga ada rumahnya Sir Ahmad kok, semacam kompleks guru gitu. kok sepi? Yah inikan hari minggu, sekolah libur, oarang-orang pada pergi ibadah ke gereja. Yah di kampung ini tidak ada mesjid, yang adanya Cuma gereja saja... yah kan warganya semua kristen yang islam Cuma guru SM-3T yang ditempatka di daerah itu. Lanjut, yuk masuk ke rumahnya. Ehh belum sampai di rumahnya Sir Ahmad kita sudah di sambut oleh Hijrin dan Fahranikus, siapa mereka? Ini dia...
Anjing peliharaannya Sir Ahmad. Hihihiiii ke mana pun Sir Ahmad Pergi pasti kedua anjing ini ikut kecuali kalau dong ke kota sih... hanya sampai batas Waropen timur saja.
Kami tidak lama sih di sana, karena orang-orang pi ibadah, jadinya tong Cuma pi petik buah rica (lombok dalam bahasa Papua) yang Sir Ahmad tanam di depan rumahnya buat tong bikin sambel jalangkote (makanan khas makassar) nanti malam.

Cuss balik ke rumah Mam Rani dan Mam hijrah. Karena tidak boleh keluar rumah pas orang lagi ibadah di gereja (karena kata warga setempat pimali). Jadi tong merajut benang buat bikin noken (tas khas papua) saja....
 Kok bajunya masih ada yang belum diganti? Hahahaha belum mandi toh. Air susah jadi, sumber air bersih di kampung ini hanya mengandalkan air hujan saja. Kalau tidak ada air hujan yah tidak ada air bersih. Kenapa tidak buat sumur? Yah sumur ada, Cuma yah airnya kuning, atau coklat. Jadinya mandinya ntar saja. hahaha
Lanjut cerita, ditengah kegelapan malam, karena gensetnya masih bermasalah, kami membuat jalangkote (makanan khas Makassar) yah tetap kami buat saja dengan penerangan dari powerbank yang semua masih full, kan ceritanya kami baru saja tiba dari kota.. haha tau kan isi jalangkote? Ada wortel, kentang, daun bawang, daging ayam atau sapi, telur, dll. Tapi edisi jalangkote yang kami buat malam itu dengan isian pisang muda dan mie saja... hahaha maklum di daerah 3T, di kampung tidak ada pasar jadi, pake yang ada saja yang penting enak dan kebersamaannya itu loh...
Mam Rani kok ngg kelihatan?.. hmm Mam ada sakit, dong menggigil dan badannya panas jadi suruh istirahat saja.
Keesokan paginya, Mam Rani sudah siap-siap dan berpakaian Rapi. “loh Mam, mau kemana?” tanyaku”mau ngajar” jawabnya” tapi kamu masih sakit, istirahat saja dulu lah, kan masih ad guru-guru yang lain”minta dia untk istirahat saja, trus dia bilang”aahh tidak boleh, sa harus ngajar, liat itu di luar siswaku masih berkeliaran, guru-guru yang lain tidak ada,mereka lebih senang tinggal di kota sana, kasian mereka berkeliara begitu saja”. Memang sih, rata-rata guru-guru yang ditugaskan dipedalaman lebih memilih tinggal di kota saja. Mereka tetap terima gaji setiap bulannya tapi tidak pernah masuk mengajar. Siswa-siswa terlantar begitu saja. Yah inilah salah satu potret pendidikan di daerah 3T yang masih banyak orang belum tau dan bahkan tidak mau tau.
Dengan semangatnya Mam Rani memberikan apel pagi untuk siswanya, padahal ia masih sakit. Sementara itu saya bersama Sir Ahmad pada waktu itu keliling kampung untuk mencari hubungan ke kota, yah kami sudah harus balik ke kota karena kami juga punya kewajiban mengajar di sekolah-sekolah penempatan kami masing-masing di kampung.
Sempat putus asa sebenarnya, karena setelah kami keliling kampung, tidak ada satupun speed yang jalan pada hari itu. Tapi untung ada bapak kepala kampung yang baik hati yang mengijinkan kami untuk menumpangi speednya yang sebenarnya speed itu mau beliau pake buat antar mas kawin ke Serui (kota di pulau seberang Waropen). Tapi karena ada ibu-ibu guru yang mau jadi speed yang satu itu batal dipakai ke serui.
Setelah kami berpamitan ke siswa-siswa dan teman-teman yang lain, cuss kita ke dermaga untuk balik ke URFAS.. hihihiii
Sambil nunggu speednya disiapkan, tong foto-foto di dermaga dulu. Tidak lama kemuadian gerombolan siswa dan warga ada datang bawa barang-barang. Loh kok ini ada apa? Fikir kami, tidak lama Mam Rani, Mam hijrah, datang dengan kondisi air mata masih menetes, siswa-siswa juga pada nangis, wargapun seperti itu.....kami heran saja seketika..
Usut punya usut tetnyata satu-satunya guru PNS yang masih bertahan di sekolah itu dipindah tugaskan ke kota.alhasil guru yang tersisa hanya ada dua gur SM-3T saja dan kepala sekolah. Dimana, saat itu ibu-ibu guru SM-3Tnya kan sudah hampir penarikan juga. Jadi kalau dong penarikan yah yang tersisa hanya kepala sekolah saja.
nih dia bu guru yang pakai topi ini yang dipindah tugaskan ke kota, dan di sampingnya yah guru-guru SM-T semua,, hihihii
Speednya sudah datang..... naikkan barang-barang lalu cuss URFAS....
Ibu guru daahhhh.... teriak warga dan siswa yang lainnya,... air mata tak terbendung lagi, seisi speed termasuk kami dan mereka yang di foto semua menangis, kenapa? Bersama kami ada guru mereka yang dipindah tugaskan ke kota dan mungkin tidak lagi bisa mengajar mereka lagi, mereka jalan mengikuti speed hingga ujung dermaga sambil menangis. Serasa di film-film saja, tapi yah ini nyata. Kasian mereka. Kalau guru SM-3T su penarikan tinggal kepala sekolah saja sendiri yang ada di sekolah, miriskan, tapi inilah poteret pendidikan di daerah 3T.
Terimakasih Mam Rani, Mam hijrah, Sir Ahmad, Mam Ida, dan Mam Ani tong balik ke urfas dulu. Terimakasi atas pengalaman berharganya di Fafado dan maaf kami merepotkan.. hihihiii
TETAP SEMANGAT MENGEDUKASI, TETAP SELALU MENGINSPIRASI, DAN SALAM MBMI!!!
SM-3T JILID V UNM
KABUPATEN WAROPEN, PAPUA
UNTUKMU NEGERIKU, PADAMU NEGERI KAMI MENGABDI

Senin, 28 November 2016

PERJALANAN MENUJU LOKASI PENGABDIAN KAB. WAROPEN, PAPUA, UNTUKMU NEGERIKU, PADAMU NEGERI KAMI MENGABDI

Berawal dari menonton acara-acara di tv tentang pengabdian-pengabdian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dan pendidik yang berasal dari pekotaan yang mendedikasikan dirinya datang ke pelosok negeri untuk mengabdi. Di saat itu pula niat untuk mengabdi dalam diriku bangkit.
Setahun lamanya berusaha untuk meminta ijin untuk mendftar pada program SM-3T kepada ibunda tercinta, namun usaha itu pun tidak berhasil. Dan pada akhirnya setelah menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi niat itu pun semakin tak terbendung. Kuberanikan diriku untuk mendftar sekedar untuk mendapatkan pasword dan user name. Di hari yang sama, tepat sehabis shalat magrib di kamar kost yang kecil saya menghubungi ibunda tercinta yang saat itu ada di tanah kelahiranku, Maros.
“Mama saya sudah mendaftar program SM-3T tahap awal, kalau mama mengijinkan saya untuk mendaftar dan mengabdi ke pelosok negeri, saya melanjutkan proses pendaftaran ini dan melengkapi berkas-berkas yang disyaratkan tapi kalu tidak, pendaftaran ini saya hentikan saat ini juga” kataku di telepon. “ ya sudah lanjutkan saja nak, kalau rejekimu ada pada program ini pasti kamu lolos, tapi kalu bukan rejeki maka rejekimu ada di tempat lain” kata beliau.
Dengan semangatnya saya bersama teman-teman mengurus ke rektorak kampus agar ijazah kami cepat keluar karena saat itu kami baru 2 minggu selesai wisudah yang otomatis di kamups kami jika dalm jangka waktu yang seperti itu tidak ada harapan untuk mendapatkan ijazah. Namun, dengan usaha yang tiada henti melapor ke ketua jurusan, dekan fakultas, kepala bagian pencetakan ijazah, tapi semuanya sia-sia hingga pada akhirnya kami mengahadpa pada WR 3 dan akhirnya ijazah kami pun bisa di keluarkan dalam jangka 2 minggu saja. Perjuangan pun dilanjutkan untuk mendaftar di program ini.
Tahap demi tahap kulalui pengumuman keulusan berkas, tes online, melengkapi berkas, tes wawancara, dan undangan untuk wawancara. Berkah ramadhan dan doa dari ibunda tersayang, alhamdulillah segalanya dilewati dengan tanpa halangan yang berarti sedikitpun.

Berlanjut pada kegiatan prakondisi yang harus dilewati yang sebenarnya sangat berat untuk kulalui, bukan karena saya harus latihan militer ataupun harus bangun jam 3 malam untuk mandi dan siap-siap untuk balajar tapi, yang membuat saya berat untuk mengikuti kegiatan prakondisi itu adalah karena keluarga besarku yang katanya keluarga se-Indonesia kumpul pada satu titik yaitu di maros, tanah kelahiranku karena bertepatan dengan acara keluarga. Dimana saat mengikuti kegiatan prakondisi kami tidak diperkenankan untuk pulang ke rumah. Tapi aahhh sudahlah tidak apa-apa semua demi cita-citaku.. yah cita-citaku sejak dulu yang ingin ke pelosok negeri untuk menjadi orang yang bermanfaat di sana. Nah ini dia foto yang sempat diabadikan saat kegiatan prakondisi... hahahah kerenkan? Dan pastinya seru...


Setelah kegiatan prakondisi selesai, belum lagi istirahat full di esok hari jam 8 pagi kami harus mengikuti kegiatan pelepasan di kampus dan tepat jam 9 malam kami harus kumpul di bandara sultan hasanuddin untuk berangkat ke Waropen. Meskipun dengan berat hati untuk meninggalkan keluarga dan orang-orang tercinta, namun demi tugas dan panggilan jiwa saya bersama teman-teman yang didampingi oleh pak Alimin, dosen pendamping kami. Kami pun berangkat ke waropen dengan kondisi tubuh yang masih kelelahan sehabis prakondisi. Meskipun orangtua dan keluarga menggantar kami dengan linangan air mata di bandara namun, kami harus pergi mengemban tugas yang di berikan negara kepada kami, “Mewujudkan generasi emas Indonesia”.

Dan... tadaaaaa foto di atas diambil pas di ruang tunggu bandara internasional Sultan Hasanuddin Makassar... bareng pak Alimin juga nih.. meski muka masih comel-comel badan lelah tapi harus tetap semangat dan eksis... guru kekinian siap berangkat ke Biak trus cuss Waropen... hahaha semangat ki anak muda....
Makassar, 19 Agustus 2015 pukul 01:15 WITA kami terbang menuju Biak dan tiba di bandara Biak pukul 05:35 WIT. Di Biak kami di jemput oleh korkab SM-3T angkatan IV dan anggota KKSS (Keluarga Kerukunan Sulawesi Selatan), Waropen. Dari bandara, kami melanjutkan perjalanan menuju pelabuhan untuk menyebrang ke kabupaten waropen. Sementara menunggu kapal cepatnya berangkat, kami bersama pak alimin beristiahat dan makan di hotel aspal katanya. Hotel ini tidak ada di daerah mana pun, karena pelayanannya sungguh luar bisa, kami tidur dan makan di atas kasur aspal yang berdindingkan pemandangan laut biak yang indah dan beratapkan langit. Panas memang, tapi inilah salah satu cara untuk menikmati dan merenungkan kebesaran Allah SWT. Penasaran dengan hotel aspalnya? Nah ini dia foto kami saat di hotel aspal... hahaha hotel ala 3T mungkin eehhh...



Kerenkan? Pemanangan laut yang biru ditambah hijau pepohonan di sekitar, hidangan makanan laut has Biak yang kakak angkatan IV sediakan secara geratis.. hahaaa... dan semangat para sarjana muda untuk mengabdikan diri di pelosok negeri... maka, nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? (QS. Ar-Rahman:49)
          Yuk lanjut Naik kapal cepat ke Waropen anak muda... 


Hmmmmm... saat perjalanan menuju waropen saya tidak bisa bercerita banyak... hihihiii mau tau kenapa? Hmm alasannya tidak lama setelah saya duduk di atas kapal saya tertidur karena efek masih capek habis prakondisi hehehe yah itu saja... tapi, sempat sih di atas kapal cerita-cerita dengan dua orang warga Waropen.. yang awalnya kami kira waarga biasa dan ternyata mereka adalah anggota DPRD hihihii maklum mereka berpenampilan layaknya warga biasa saja... tidak seperti kebanyakan anggota DPRD di ekhmmm kabupaten lain maksudnya....
Setelah menempuh perjalanan laut kurang lebih 4,5 jam dan akhirnya selamat datang di welcome KABUPATEN WAROPEN.... sejauh mata memandang dari dalam kapal sudah terlihat pelabuhan Waren yang dipenuhi oeh warga, siswa, dan tentunya kakak SM-3T angkatan IV yang datang menyambut kami... keluar dari kapal mereka menyuguhkan buah sirih, biji pinang, dan tentunya kapur sirih... saya mah terima-terima saja... kebiasaan makan buah sirih, pinang, dicmpur kapur memang sudah menjadi adat dan kebiasaan... katanya, kalau torang mo bersaudara dengan orang Papua tong mesti makan sirih pinang dulu ibu guru.. yaahhh ok sa makan.. dan wow... rasa aneh, pekat, dll bercampur.. hihih tapi mau apa lagi ini demi jadi saudara... di mana kaki berpijak di situ langit di junjung... yahhh

Hihihii ucapan selamat datang... terimakasih atas penyambutannya di pelabuhan...
yukkk lanjut lagi. Dari pelabuhan kami dibawa ke rumah kepala suku besar kabupaten Waropen Bapak Nathan Simunapendi untuk menghadiri acara lepas sambut SM-3T IV dan SM-3T V yang kebetulan kami sama-sama berasal dari LPTK UNM yang dirangkaikan dengan penyambutan secara adat yaitu injak piring, pencucian muka, serta permintaan ijin pada leluhur tanah Waropen oleh bapak Kepala suku besar....

 Sekian dulu kisah perjalanan kami yah... hihihii nantikan edisi selanjutnya... hihihiii tetap semangat mengeduksi, tetap menginspirasi, Salam MBMI.... Untukmu negeri, Padamau negeri kami mengabdi...  



Nasab Muhammad rasulullah shallallahu alaihi wa sallam

      Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam berkata, "inilah sirah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, Muhammad bin Abdullah bin Abd...