Minggu, 11 Desember 2011

Metode Pembelajaran

Macam-Macam Metode Pembelajaran
Metode adalah cara yang digunakan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas sebagai upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Metodolgi mengajar adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk melakukan aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses belajar berjalan dengan baik dalam arti tujuan pengajaran tercapai.

Agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh pendidik, maka perlu mengetahui, mempelajari beberapa metode mengajar, serta dipraktekkan pada saat mengajar.

a.                       Metode ceramah. (Preaching Method)
Dalam metode ceramah proses belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru umumnya didominasi dengan cara ceramah.
Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan saecara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Muhibbin Syah, (2000). Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi, dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan paham siswa.

 Beberapa kelemahan metode ceramah adalah :

a. Membuat siswa pasif
b. Mengandung unsur paksaan kepada siswa
c. Mengandung daya kritis siswa ( Daradjat, 1985)
d. Anak didik yang lebih tanggap dari visi visual akan menjadi rugi dan anak didik yang lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar menerimanya.
e. Sukar mengontrol sejauhmana pemerolehan belajar anak didik.
f. Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).
g. Bila terlalu lama membosankan.(Syaiful Bahri Djamarah, 2000)

Beberapa kelebihan metode ceramah adalah :

a. Guru mudah menguasai kelas.
b. Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar
c. Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar.
d. Mudah dilaksanakan (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)




b.            Metode Diskusi ( Discussion method )
Metode diskusi adalah suatu cara mengelola pembelajaran dengan penyajian materi melalui pemecahan masalah, atau analisis sistem produk teknologi yang pemecahannya sangat terbuka. Suatu diskusi dinilai menunjang keaktifan siswa bila diskusi itu melibatkan semua anggota diskusi dan menghasilkan suatu pemecahan masalah.
Jika metoda ini dikelola dengan baik, antusiasme siswa untuk terlibat dalam forum ini sangat tinggi. Tata caranya adalah sebagai berikut: harus ada pimpinan diskusi, topik yang menjadi bahan diskusi harus jelas dan menarik, peserta diskusi dapat menerima dan memberi, dan suasana diskusi tanpa tekanan. Muhibbin Syah ( 2000 ), mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah (problem solving). Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok (group discussion) dan resitasi bersama ( socialized recitation ).

Metode diskusi diaplikasikan dalam proses belajar mengajar untuk :

a. Mendorong siswa berpikir kritis.
b. Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas.
c. Mendorong siswa menyumbangkan buah pikirnya untuk memcahkan masalah bersama.
d. Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdsarkan pertimbangan yang seksama.

Kelebihan metode diskusi sebagai berikut :

a. Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan
b. Menyadarkan ank didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik.
c. Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya dan membiasakan bersikap toleransi. (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)

Kelemahan metode diskusi sebagai berikut :

a. tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar.
b. Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.
c. Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.
d. Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)

c.                        Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas adalah cara mengajar atau penyajian materi melalui penugasan siswa untuk melakukan suatu pekerjaan. Pemberian tugas dapat secara individual atau kelompok. Pemberian tugas untuk setiap siswa atau kelompok dapat sama dan dapat pula berbeda.
Agar pemberian tugas dapat menunjang keberhasilan proses pembelajaran, maka: 1) tugas harus bisa dikerjakan oleh siswa atau kelompok siswa, 2) hasil dari kegiatan ini dapat ditindaklanjuti dengan presentasi oleh siswa dari satu kelompok dan ditanggapi oleh siswa dari kelompok yang lain atau oleh guru yang bersangkutan, serta 3) di akhir kegiatan ada kesimpulan yang didapat.

d.            Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah suatu cara pengelolaan pembelajaran di mana siswa melakukan aktivitas percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri suatu yang dipelajarinya. Dalam metode ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri dengan mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang obyek yang dipelajarinya. Di dalam TIK, percobaan banyak dilakukan pada pendekatan pembelajaran analisis sistem terhadap produk teknik atau bahan.
Percobaan dapat dilakukan melalui kegiatan individual atau kelompok. Hal ini tergantung dari tujuan dan makna percobaan atau jumlah alat yang tersedia. Percobaan ini dapat dilakukan dengan demonstrasi, bila alat yang tersedia hanya satu atau dua perangkat saja. Agar penggunaan metode eksperimen itu efisien dan efektif, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : (a) Dalam eksperimen setiap siswa harus mengadakan percobaan, maka jumlah alat dan bahan atau materi percobaan harus cukup bagi tiap siswa. (b) Agar eksperimen itu tidak gagal dan siswa menemukan bukti yang meyakinkan, atau mungkin hasilnya tidak membahayakan, maka kondisi alat dan mutu bahan percobaan yang digunakan harus baik dan bersih. (c) dalam eksperimen siswa perlu teliti dan konsentrasi dalam mengamati proses percobaan , maka perlu adanya waktu yang cukup lama, sehingga mereka menemukan pembuktian kebenaran dari teori yang dipelajari itu. (d) Siswa dalam eksperimen adalah sedang belajar dan berlatih , maka perlu diberi petunjuk yang jelas, sebab mereka disamping memperoleh pengetahuan, pengalaman serta ketrampilan, juga kematangan jiwa dan sikap perlu diperhitungkan oleh guru dalam memilih obyek eksperimen itu. (e) Tidak semua masalah bisa dieksperimenkan, seperti masalah mengenai kejiwaan, beberapa segi kehidupan social dan keyakinan manusia. Kemungkinan lain karena sangat terbatasnya suatu alat, sehingga masalah itu tidak bias diadakan percobaan karena alatnya belum ada.

Prosedur eksperimen menurut Roestiyah (2001:81) adalah : (a) Perlu dijelaskan kepada siswa tentang tujuan eksprimen,mereka harus memahami masalah yang akan dibuktikan melalui eksprimen. (b) memberi penjelasan kepada siswa tentang alat-alat serta bahan-bahan yang akan dipergunakan dalam eksperimen, hal-hal yang harus dikontrol dengan ketat, urutan eksperimen, hal-hal yang perlu dicatat. (c) Selama eksperimen berlangsung guru harus mengawasi pekerjaan siswa. Bila perlu memberi saran atau pertanyaan yang menunjang kesempurnaan jalannya eksperimen. (d) Setelah eksperimen selesai guru harus mengumpulkan hasil penelitian siswa, mendiskusikan di kelas, dan mengevaluasi dengan tes atau tanya jawab.

Metode eksperimen menurut Djamarah (2002:95) adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar, dengan metode eksperimen, siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu. Dengan demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri , mencari kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan dari proses yang dialaminya itu.

Metode eksperimen mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut :

Kelebihan metode eksperimen : (a) Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya. (b) dalam membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan baru dengan penemuan dari hasil percobaannya dan bermanfaat bagi kehidupan manusia. (c) Hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran umat manusia.

Kekurangan metode eksperimen :
(a) Metode ini lebih sesuai untuk bidang-bidang sains dan teknologi. (b) metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan kadangkala mahal. (c) Metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan. (d) Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada factor-faktor tertentu yang berada di luar jangkauan kemampuan atau pengendalian.

Menurut Schoenherr (1996) yang dikutip oleh Palendeng (2003:81) metode eksperimen adalah metode yang sesuai untuk pembelajaran sains, karena metode eksprimen mampu memberikan kondisi belajar yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir dan kreativitas secara optimal. Siswa diberi kesempatan untuk menyusun sendiri konsep-konsep dalam struktur kognitifnya, selanjutnya dapat diaplikasikan dalam kehidupannya.

Dalam metode eksperimen, guru dapat mengembangkan keterlibatan fisik dan mental, serta emosional siswa. Siswa mendapat kesempatan untuk melatih ketrampilan proses agar memperoleh hasil belajar yang maksimal. Pengalaman yang dialami secara langsung dapat tertanam dalam ingatannya. Keterlibatan fisik dan mental serta emosional siswa diharapkan dapat diperkenalkan pada suatu cara atau kondisi pembelajaran yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan juga perilaku yang inovatif dan kreatif.

Pembelajaran dengan metode eksperimen melatih dan mengajar siswa untuk belajar konsep fisika sama halnya dengan seorang ilmuwan fisika. Siswa belajar secara aktif dengan mengikuti tahap-tahap pembelajarannya. Dengan demikian, siswa akan menemukan sendiri konsep sesuai dengan hasil yang diperoleh selama pembelajaran.

Pembelajaran dengan metode eksperimen menurut Palendeng (2003:82) meliputi tahap-tahap sebagai berikut : (1) percobaan awal, pembelajaran diawali dengan melakukan percobaan yang didemonstrasikan guru atau dengan mengamati fenomena alam. Demonstrasi ini menampilkan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi fisika yang akan dipelajari. (2) pengamatan, merupakan kegiatan siswa saat guru melakukan percobaan. Siswa diharapkan untuk mengamati dan mencatat peristiwa tersebut. (3) hipoteis awal, siswa dapat merumuskan hipotesis sementara berdasarkan hasil pengamatannya. (4) verifikasi , kegiatan untuk membuktikan kebenaran dari dugaan awal yang telah dirumuskan dan dilakukan melalui kerja kelompok. Siswa diharapkan merumuskan hasil percobaan dan membuat kesimpulan, selanjutnya dapat dilaporkan hasilnya. (5) aplikasi konsep , setelah siswa merumuskan dan menemukan konsep, hasilnya diaplikasikan dalam kehidupannya. Kegiatan ini merupakan pemantapan konsep yang telah dipelajari. (6) evaluasi, merupakan kegiatan akhir setelah selesai satu konsep.
Penerapan pembelajaran dengan metode eksperimen akan membantu siswa untuk memahami konsep. Pemahaman konsep dapat diketahui apabila siswa mampu mengutarakan secara lisan, tulisan, , maupun aplikasi dalam kehidupannya. Dengan kata lain , siswa memiliki kemampuan untuk menjelaskan, menyebutkan, memberikan contoh, dan menerapkan konsep terkait dengan pokok bahasan .

Metode Eksperimen menurut Al-farisi (2005:2) adalah metode yang bertitik tolak dari suatu masalah yang hendak dipecahkan dan dalam prosedur kerjanya berpegang pada prinsip metode ilmiah.

e.            Metode Demonstrasi ( Demonstration method )
Metode demonstrasi adalah cara pengelolaan pembelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, benda, atau cara kerja suatu produk teknologi yang sedang dipelajari. Demontrasi dapat dilakukan dengan menunjukkan benda baik yang sebenarnya, model, maupun tiruannya dan disertai dengan penjelasan lisan.
Demonstrasi akan menjadi aktif jika dilakukan dengan baik oleh guru dan selanjutnya dilakukan oleh siswa. Metoda ini dapat dilakukan untuk kegiatan yang alatnya terbatas tetapi akan dilakukan terus-menerus dan berulang-ulang oleh siswa. Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan. Muhibbin Syah ( 2000).


Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran. Syaiful Bahri Djamarah, ( 2000).

Manfaat psikologis pedagogis dari metode demonstrasi adalah :

a. Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan .
b. Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.
c. Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa (Daradjat, 1985)

Kelebihan metode demonstrasi sebagai berikut :

a. Membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses atu kerja suatu benda.
b. Memudahkan berbagai jenis penjelasan .
c. Kesalahan-kesalahan yeng terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melaui pengamatan dan contoh konkret, drngan menghadirkan obyek sebenarnya (Syaiful Bahri Djamarah, 2000).

Kelemahan metode demonstrasi sebagai berikut :

a. Anak didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda yang akan dipertunjukkan.
b. Tidak semua benda dapat didemonstrasikan
c. Sukar dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai apa yang didemonstrasikan (Syaiful Bahri Djamarah, 2000).



f.            Metode Tutorial/Bimbingan
Metode tutorial adalah suatu proses pengelolaan pembelajaran yang dilakukan melalui proses bimbingan yang diberikan/dilakukan oleh guru kepada siswa baik secara perorangan atau kelompok kecil siswa. Disamping metoda yang lain, dalam pembelajaran Pendidikan Teknologi Dasar, metoda ini banyak sekali digunakan, khususnya pada saat siswa sudah terlibat dalam kerja kelompok.
Peran guru sebagi fasilitator, moderator, motivator dan pembimbing sangat dibutuhkan oleh siswa untuk mendampingi mereka membahas dan menyelesaikan tugas-tugasnya
Penyelenggaraan metoda tutorial dapat dilakukan seperti contoh berikut ini:
- Misalkan sebuah kelas dalam bahan ajar Pengerjaan Kayu 2, jam pelajaran pertama digunakan dalam bentuk kegiatan klasikal untuk menjelaskan secara umum tentang teori dan prinsip.
- Kemudian para siswa dibagi menjadi empat kelompok untuk membahas pokok bahasan yang berbeda, selanjutnya dilakukan rotasi antar kelompok.
- Sementara para siswa mempelajari maupun mengerjakan tugas-tugas, guru berkeliling diantara para siswa, mendengar, menjelaskan teori, dan membimbing mereka untuk memecahkan problemanya.
- Dengan bantuan guru, para siswa memperoleh kebiasaan tentang bagaimana mencari informasi yang diperlukan, belajar sendiri dan berfikir sendiri.
Perhatian guru dapat diberikan lebih intensif kepada siswa yang sedang mengoperasikan alat-alat yang belum biasa digunakan.

g.             Metode ceramah plus

Metode ceramah plus adalah metode mengajar yang menggunakan lebih dari satu metode, yakni metode ceramah gabung dengan metode lainnya.Dalam hal ini penulis akan menguraikan tiga macam metode ceramah plus yaitu :

a. Metode ceramah plus tanya jawab dan tugas (CPTT).

Metode ini adalah metode mengajar gabungan antara ceramah dengan tanya jawab dan pemberian tugas.

Metode campuran ini idealnya dilakukan secar tertib, yaitu :
1). Penyampaian materi oleh guru.
2). Pemberian peluang bertanya jawab antara guru dan siswa.
3). Pemberian tugas kepada siswa.

b. Metode ceramah plus diskusi dan tugas (CPDT)

Metode ini dilakukan secara tertib sesuai dengan urutan pengkombinasiannya, yaitu pertama guru menguraikan materi pelajaran, kemudian mengadakan diskusi, dan akhirnya memberi tugas.

c. Metode ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL)

Metode ini dalah merupakan kombinasi antara kegiatan menguraikan materi pelajaran dengan kegiatan memperagakan dan latihan (drill)


h.            Metode resitasi ( Recitation method )
Metode resitasi adalah suatu metode mengajar dimana siswa diharuskan membuat resume dengan kalimat sendiri (http://re-searchengines.com/art05-65.html).

Kelebihan metode resitasi sebagai berikut :
a. Pengetahuan yang anak didik peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat lebih lama.
b. Anak didik berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)

Kelemahan metode resitasi sebagai berikut :
a. Terkadang anak didik melakukan penipuan dimana anak didik hanya meniru hasil pekerjaan temennya tanpa mau bersusah payah mengerjakan sendiri.
b. Terkadang tugas dikerjakan oleh orang lain tanpa pengawasan.
c. Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)



i.              Metode percobaan ( Experimental method )

Metode percobaan adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Syaiful Bahri Djamarah, (2000)

Metode percobaan adalah suatu metode mengajar yang menggunakan tertentu dan dilakukan lebih dari satu kali. Misalnya di Laboratorium.

Kelebihan metode percobaan sebagai berikut :

a. Metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku.
b. Anak didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi.
c. Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa terobosan-terobosan baru dengan penemuan sebagai hasil percobaan yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia.

Kekurangan metode percobaan sebagai berikut :

a. Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik berkesempatan mengadakan ekperimen.
b. Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik harus menanti untuk melanjutkan pelajaran.
c. Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan teknologi.
Menurut Roestiyah (2001:80) Metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, di mana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru.

Penggunaan teknik ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atau persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri. Juga siswa dapat terlatih dalam cara berfikir yang ilmiah. Dengan eksperimn siswa menemukan bukti kebenaran dari teori sesuatu yang sedang dipelajarinya.


j.             Metode Karya Wisata


Metode karya wisata adalah suatu metode mengajar yang dirancang terlebih dahulu oleh pendidik dan diharapkan siswa membuat laporan dan didiskusikan bersama dengan peserta didik yang lain serta didampingi oleh pendidik, yang kemudian dibukukan.

Kelebihan metode karyawisata sebagai berikut :
a. Karyawisata menerapkan prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran.
b. Membuat bahan yang dipelajari di sekolah menjadi lebih relevan dengan kenyataan dan kebutuhan yang ada di masyarakat.
c. Pengajaran dapat lebih merangsang kreativitas anak.

Kekurangan metode karyawisata sebagai berikut :
a. Memerlukan persiapan yang melibatkan banyak pihak.
b. Memerlukan perencanaan dengan persiapan yang matang.
c. Dalam karyawisata sering unsur rekreasi menjadi prioritas daripada tujuan utama, sedangkan unsur studinya terabaikan.
d. Memerlukan pengawasan yang lebih ketat terhadap setiap gerak-gerik anak didik di lapangan.
e. Biayanya cukup mahal.
f. Memerlukan tanggung jawab guru dan sekolah atas kelancaran karyawisata dan keselamatan anak didik, terutama karyawisata jangka panjang dan jauh.

Kadang-kadang dalam proses belajar mengajar siswa perlu diajak ke luar sekolah, untuk meninjautempat tertentu atau obyek yang lain. Menurut Roestiyah (2001:85) , karya wisata bukan sekedar rekreasi, tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan melihat kenyataannya. Karena itu dikatakan teknik karya wisata, ialah cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau obyek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu seperti meninjau pabrik sepatu, suatu bengkel mobil, toko serba ada, dan sebagainya.

Menurut Roestiyah (2001:85) ,teknik karya wisata ini digunakan karena memiliki tujuan sebagai berikut: Dengan melaksanakan karya wisata diharapkan siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dari obyek yang dilihatnya, dapat turut menghayati tugas pekerjaan milik seseorang serta dapat bertanya jawab mungkin dengan jalan demikian mereka mampu memecahkan persoalan yang dihadapinya dalam pelajaran, ataupun pengetahuan umum. Juga mereka bisa melihat, mendengar, meneliti dan mencoba apa yang dihadapinya, agar nantinya dapat mengambil kesimpulan, dan sekaligus dalam waktu yang sama ia bisa mempelajari beberapa mata pelajaran.

Agar penggunaan teknik karya wisata dapat efektif, maka pelaksanaannya perlu memeperhatikan langkah-langkah sebagai berikut: (a) Persiapan, dimana guru perlu menetapkan tujuan pembelajaran dengan jelas, mempertimbangkan pemilihan teknik, menghubungi pemimpin obyek yang akan dikunjungi untuk merundingkan segala sesuatunya, penyusunan rencana yang masak, membagi tugas-tugas, mempersiapkan sarana, pembagian siswa dalam kelompok, serta mengirim utusan, (b) Pelaksanaan karya wisata, dimana pemimpin rombongan mengatur segalanya dibantu petugas-petugas lainnya, memenuhi tata tertib yang telah ditentukan bersama, mengawasi petugas-petugas pada setiap seksi, demikian pula tugas-tugas kelompok sesuai dengan tanggungjawabnya, serta memberi petunjuk bila perlu, (c) Akhir karya wisata, pada waktu itu siswa mengadakan diskusi mengenai segala hal hasil karya wisata, menyusun laporan atau paper yang memuat kesimpulan yang diperoleh, menindaklanjuti hasil kegiatan karya wisata seperti membuat grafik, gambar, model-model, diagram, serta alat-alat lain dan sebagainya.

Karena itulah teknik karya wisata dapat disimpulkan memiliki keunggulan sebagai berikut: (a) Siswa dapat berpartisispasi dalam berbagai kegiatan yang dilakukan oleh para petugas pada obyek karya wisata itu, serta mengalami dan menghayati langsung apa pekerjaan mereka. Hal mana tidak mungkin diperoleh disekolah, sehingga kesempatan tersebut dapat mengembangkan bakat khusus atau ketrampilan mereka, (b) Siswa dapat melihat berbagai kegiatan para petugas secara individu maupun secara kelompok dan dihayati secara langsung yang akan memperdalam dan memperluas pengalaman mereka, (c) dalam kesempatan ini siswa dapat bertanya jawab, menemukan sumber informasi yang pertama untuk memecahkan segala persoalan yang dihadapi, sehingga mungkin mereka menemukan bukti kebenaran teorinya, atau mencobakan teorinya ke dalam praktek, (d) Dengan obyek yang ditinjau itu siswa dapat memperoleh bermacam-macam pengetahuan dan pengalaman yang terintegrasi, yang tidak terpisah-pisah dan terpadu.

Penggunaan teknik karya wisata ini masih juga ada keterbatasan yang perlu diperhatikan atau diatasi agar pelaksanaan teknik ini dapat berhasil guna dan berdaya guna, ialah sebagai berikut: Karya wisata biasanya dilakukan di luar sekolah, sehingga mungkin jarak tempat itu sangat jauh di luar sekolah, maka perlu mempergunakan transportasi, dan hal itu pasti memerlukan biaya yang besar. Juga pasti menggunakan waktu yang lebih panjang daripada jam sekolah, maka jangan sampai mengganggu kelancaran rencana pelajaran yang lain. Biaya yang tinggi kadang-kadang tidak terjangkau oleh siswa maka perlu bantuan dari sekolah. Bila tempatnya jauh, maka guru perlu memikirkan segi keamanan, kemampuan pihak siswa untuk menempuh jarak tersebut, perlu dijelaskan adanya aturan yang berlaku khusus di proyek ataupun hal-hal yang berbahaya.

Suhardjono (2004:85) mengungkapkan bahwa metode karya wisata (field-trip) memiliki keuntungan: (a) Memberikan informasi teknis, kepada peserta secara langsung, (b) Memberikan kesempatan untuk melihat kegiatan dan praktik dalam kenyataan atau pelaksanaan yang sebenarnya, (c) Memberikan kesempatan untuk lebih menghayati apa yang dipelajari sehingga lebih berhasil, (d) membei kesempatan kepada peserta untuk melihat dimana peserta ditunjukkan kepada perkembangan teknologi mutakhir.

Sedangkan kekurangan metode Field Trip menurut Suhardjono (2004:85) adalah: (a) Memakan waktu bila lokasi yang dikunjungi jauh dari pusat latihan, (b) Kadang-kadang sulit untuk mendapat ijin dari pimpinan kerja atau kantor yang akan dikunjungi, (c) Biaya transportasi dan akomodasi mahal.

Menurut Djamarah (2002:105), pada saat belajar mengajar siswa perlu diajak ke luar sekolah, untuk meninjau tempat tertentu atau obyek yang lain. Hal itu bukan sekedar rekreasi tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan melihat kenyataannya. Karena itu, dikatakan teknik karya wisata, yang merupakan cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau obyek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu seperti meninjau pegadaian. Banyak istilah yang dipergunakan pada metode karya wisata ini, seperti widya wisata, study tour, dan sebagainya. Karya wisata ada yang dalam waktu singkat, dan ada pula yang dalam waktu beberapa hari atau waktu panjang.

Metode karya wisata mempunyai beberapa kelebihan yaitu: (a) Karya wisata memiliki prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran, (b) Membuat apa yang dipelajari di sekolah lebih relevan dengan kenyataan dan kebutuhan di masyarakat, (c) Pengajaran serupa ini dapat lebih merangsang kreativitas siswa, (d) Informasi sebagai bahan pelajaran lebih luas dan aktual.

Kekurangan metode karya wisata adalah: (a) Fasilitas yang diperlukan dan biaya yang diperlukan sulit untuk disediakan oleh siswa atau sekolah, (b) Sangat memerlukan persiapan dan perencanaan yang matang, (c) memerlukan koordinasi dengan guru-guru bidang studi lain agar tidak terjadi tumpang tindih waktu dan kegiatan selama karya wisata, (d) dalam karya wisata sering unsure rekreasi menjadi lebih prioritas daripada tujuan utama, sedang unsure studinya menjadi terabaikan, (e) Sulit mengatur siswa yang banyak dalam perjalanan dan mengarahkan mereka kepada kegiatan studi yang menjadi permasalahan.

Metode field trip atau karya wisata menurut Mulyasa (2005:112) merupakan suatu perjalanan atau pesiar yang dilakukan oleh peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar, terutama pengalaman langsung dan merupakan bagian integral dari kurikulum sekolah. Meskipun karya wisata memiliki banyak hal yang bersifat non akademis, tujuan umum pendidikan dapat segera dicapai, terutama berkaitan dengan pengembangan wawasan pengalaman tentang dunia luar.

Sebelum karya wisata digunakan dan dikembangkan sebagai metode pembelajaran, hal-hal yang perlu diperhatikan menurut Mulyasa (2005:112) adalah: (a) Menentukan sumber-sumber masyarakat sebagai sumber belajar mengajar, (b) Mengamati kesesuaian sumber belajar dengan tujuan dan program sekolah, (c) Menganalisis sumber belajar berdasarkan nilai-nilai paedagogis, (d) Menghubungkan sumber belajar dengan kurikulum, apakah sumber-sumber belajar dalam karyawisata menunjang dan sesuai dengan tuntutan kurikulum, jika ya, karya wisata dapat dilaksanakan, (e) membuat dan mengembangkan program karya wisata secara logis, dan sistematis, (f) Melaksanakan karya wisata sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, dengan memperhatikan tujuan pembelajaran, materi pelajaran, efek pembelajaran, serta iklim yang kondusif. (g) Menganalisis apakah tujuan karya wisata telah tercapai atau tidak, apakah terdapat kesulitan-kesulitan perjalanan atau kunjungan, memberikan surat ucapan terima kasih kepada mereka yang telah membantu, membuat laporan karyawisata dan catatan untuk bahan karya wisata yang akan datang.

Sabtu, 10 Desember 2011

Pendekatan Dalam Proses Pembelajaran Fisika

PENDEKATAN PEMBELAJARAN PROSES, KONSTRUKTIVIS, DAN KONTEKSTUAL

A.Pendekatan pembelajaran
       Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).Dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum, guru perlu melakukan serangkaian kegiatan pembelajaran mulai dari perencanaan, menentukan strategi, pemilihan materi dan metode pembelajaran, sampai pada penilaian. Serangkaian kegiatan pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan pendidikan tersebut sering disebut dengan pendekatan pembelajaran.Pengertian pendekatan sendiri dikatakan oleh Ujang Sukandi (2003:39) adalah  cara umum dalam memandang permasalahan atau objek kajian, laksana pakai kacamata merah — semua tampak kemerah-merahan.
    Pengertian pendekatan pembelajaran secara tegas belum ada kesepakatan dari para ahli pendidikan. Namun beberapa ahli mencoba menjelaskan tentang pendekatan pembelajaran (instructional approach), misalnya ditulis oleh Gladene Robertson dan Hellmut Lang (1984: 5). Menurutnya pendekatan pembelajaran dapat dimaknai menjadi 2 pengertian, yaitu pendekatan pembelajaran sebagai dokumen tetap dan pendekatan pembelajaran sebagai bahan kajian yang terus berkembang. Pendekatan pembelajaran sebagai dokumen tetap dimaknai sebagai suatu Kerangka  umum dalam Praktek  Profesional guru, yaitu serangkaian dokumen yang dikembangkan untuk mendukung pencapaian  Kurikulum. Hal tersebut berguna untuk: (1) mendukung kelancaran guru dalam proses pembelajaran; (2) membantu para guru  menjabarkan kurikulum dalam praktik pembelajaran di kelas; (3) sebagai panduan bagi guru dalam menghadapi perubahan kurikulum; dan (4) sebagai bahan masukan bagi para penyusun kurikum untuk mendesain  kurikulum dan pembelajaran yang terintegrasi.adapun macam-macam pendekatan pembelajaran yang efisien bagi pembelajaran fisika akan di jelaskan pada pembahasan berikutnya
B.Pendekatan Pembelajaran Konstruktivis
1.Landasan teori pendekatan konstruktivis  
      Landasan teori dari pendekatan ini adalah bahwa siswa sendirilah yang harus membangu pengetahuannya,bukan guru atau orang lain. Menurut pandangan ahli konstruktivisme, setiap siswa mempunyai  peranan dalam menentukan apa yang dipelajari. Penekanan diberi kepada siswa agar dapat membentuk kemahiran dan pengetahuan yaitu dengan mengaitkan pengalaman yang terdahulu dengan kegunaannya di masa depan. Siswa tidak hanya diberikan penekanan terhadap fakta atau konsep tetapi juga diberikan penekanan terhadap proses berpikir serta kemahiran berkomunikasi.
       Epistemologi konstruktivis menganggap bahwa peserta didik membangun pengetahuan mereka sendiri atas dasar interaksi dengan lingkungan mereka. Empat asumsi epistemologis berada di jantung dari apa yang kita sebut sebagai "pembelajaran konstruktivis."
         Pengetahuan secara fisik dibangun oleh peserta didik yang terlibat dalam pembelajaran aktif.
         Pengetahuan dibangun secara simbolis oleh peserta didik yang membuat representasi sendiri tindakan;
         Pengetahuan sosial yang dibangun oleh peserta didik yang menyampaikan makna mereka membuat orang lain;
         Pengetahuan secara teoritis dibangun oleh peserta didik yang mencoba untuk menjelaskan hal-hal yang tidak sepenuhnya mengerti.

2. Pengertian Pendekatan Konstruktivis
       Pendekatan konstruktivisme merupakan proses pembelajaran yang menerangkan bagaimana pengetahuan disusun dalam pemikiran pelajar. Pengetahuan dikembangkan secara aktif oleh pelajar itu sendiri dan tidak diterima secara pasif dari orang disekitarnya. Hal ini bermakna bahwa pembelajaran merupakan hasil dari usaha pelajar itu sendiri dan bukan hanya ditransfer dari guru kepada pelajar.
      Hal tersebut berarti siswa tidak lagi berpegang pada konsep pengajaran dan pembelajaran yang  lama, dimana guru hanya menuangkan atau mentransfer ilmu kepada siswa tanpa adanya usaha terlebih dahulu dari siswa itu sendiri.Menurut pandangan ahli konstruktivisme, setiap siswa mempunyai  peranan dalam menentukan apa yang dipelajari. Penekanan diberi kepada siswa agar dapat membentuk kemahiran dan pengetahuan yaitu dengan mengaitkan pengalaman yang terdahulu dengan kegunaannya di masa depan. Siswa tidak hanya diberikan penekanan terhadap fakta atau konsep tetapi juga diberikan penekanan terhadap proses berpikir serta kemahiran berkomunikasi.
3.    Prosedur pembelajaran konstruktivisme
      Driver  dalam  Fraser  and  Walberg  (1995)  telah  menciptakan  prosedur pembelajaran  berdasarkan  konstruktivisme,  memfasilitasi  pebelajar  membangun  sendiri konsep-konsep  baru  berdasarkan  konsep  lama yang  telah  dimiliki.  Pembangunan konsep  baru  itu  tidak  terjadi  di  ruang  hampa  melainkan  dalam  konteks sosial,  dimana mereka dapat berinteraksi dengan orang lain untuk merestrukturisasi ide-idenya.Konsep  lama  yang  dimiliki  pebelajar  digali  pada  pembelajaran  pendahuluan, pada  saat  mereka mendapat orientasi  berupa peristiwa alam,  model,  atau simulasi  yang relevan  dengan  konsep  yang  akan  dipelajari.  Konsep  lama  itu  diperoleh  pebelajar  dari kehidupan  sehari-hari  selama  bertahun-tahun,  maupun  dari  pembelajaran  sebelumnya. Tidak  jarang  di  antara  konsep-konsep  itu  ada  yang  salah  (miskonsepsi),  yang  akan sangat  mengganggu  proses  belajar  selanjutnya  apabila  tidak  diperbaiki  sejak  awal. Konsep  lama  yang  sudah  sesuai  dengan  konsep  ilmiah  sangat  penting  artinya  bagi penanaman konsep-konsep baru yang akan dilakukan dalam pembelajaran inti.
4.Kompetensi yang Dikembangkan dalam Pembelajaran Kontruktivis
      Di samping kompetensi disiplin (discipline-based competencies), pembelajaran  konstruktivis  juga  mengembangkan  kompetensi  interpersonal (interpersonal competencies) dan  kompetensi  intrapersonal (intrapersonal  competencies) dalam diri pebelajar. Kompetensi disiplin ilmu berkaitan dengan peman konsep, prinsip, teori  dan  hukum  dalam  disiplin  ilmu  masing-masing.  Kompetensi  interpersonal mencakup  kemampuan  berkomuniksi,  berkolaborasi,  berperilaku  sopan  dan  baik, menangani konflik, bekerja sama, membantu orang lain, dan menjalin hubungan dengan orang  lain.  Kompetensi  intrapersonal  mencakup  apresiasi  terhadap  keanekaragaman,  melakukan  refleksi  diri,  disiplin,  beretos  kerja  tinggi,  membiasakan  diri  hidup  sehat, mengendalikan emosi, tekun, mandiri, dan mempunyai motivasi intrinsik. Keempat lingkaran  itu  saling  bersinggungan  bagian tepinya  sehingga manakala lingkaran  pembelajaran  menggelinding  ketiga  lingkaran  lainnya  akan  ikut menggelinding
       Lingkaran  pembelajaran  yang  terintegrasi  dengan  tiga  kompetensi  itu  seiring dengan dimensi-dimensi konstruktivisme pada. Pada  saat mengkonstruksi  pengetahuan dalam konteks sosiokultural kompetensi interpersonal pebelajar akan berkembang secara alami.  Pada  saat  mengkonstruksi  pengetahuan  secara  aktif  (sebagai  aktor)  kompetensi intrapersonal pebelajar akan terfasilitasi secara optimal.
5   Strategi Pembelajaran Kontruktivis
  a.    Langsung (Tatap Muka)
      Secara umum tatap muka terdiri dari tiga bagian, yaitu :
  • Pendahuluan : Memberikan  “orientasi”  dan  “penggalian  ide”  untuk  mengetahui  prakonsepsi pebelajar.
  • Inti:  Merupakan  bagian  terbesar  pembelajaran,  digunakan  untuk  menfasilitasi “restrukturisasi ide” mengarah ke  perbaikan  konsep,  pembelajar menilai apakah  ide-ide  itu  sudah  mendekati  konsep  ilmiah  yang  sesungguhnya.  Selanjutnya memberi  kesempatan  kepada  pebelajar  untuk  “mengaplikasikan  ide-ide”  yang baru  dipelajari  untuk  memecahkan  berbagai  masalah.  Pemantapan  pebelajar  atas ide-ide  itu  sebenamya  baru,  namun  akan  mantap  setelah  digunakan  untuk memecahkan masalah.
  • Penutup : Melakukan  “review  perubahan  ide”  untuk  membandingkan  ide  yang  telah dipelajari dengan ide awal yang muncul saat penggalian ide.
  b.    Tidak Langsung (Non Tatap Muka)
       Dalam  pembelajaran  non  tatap  muka  “restrukturisasi  ide”  dan  “aplikasi  ide”  dapat terus  difasilitasi;  bedanya  proses  pembelajaran  pebelajar,  tanpa  pengawasan pembelajar.  Tugasnya  bisa  bersifat  terstruktur  (sesuai  dengan  perencanaan pembelajar),  dapat  juga  mandiri  (sesuai  dengan  minat  masing-masing  pebelajar).
6.    Metode Pembelajaran Kontruktivis
       Di dalam masing-masing tahap pembelajaran konstruktivisme di atas, tentu saja terdapat berbagai metode. Di bawah ini adalah beberapa metode yang sering dipakai :
  • Metode  “sindikat”  sangat  cocok  untuk  topik  yang  dapat  dipelajari  sendiri  oleh pebelajar.  Mereka  bekerja  dalam  kelompok,  masing-masing  anggota  mempelajari satu aspek  masalah  secara  mendalam  sebelum  bertemu  dengan anggota  lain  dalam sindikatnya, memecahkan masalah secara bersama-sama secara intensif
  • Pembelajaran  kelompok  kecil  biasanya  terdiri  dari  4-6  pebelajar;  mereka  saling mengemukakan  pendapatnya  tentang  suatu  masalah  sebelum  akhirnya  mengambil kesimpulan.  Beberapa  pebelajar  kurang  berani  berbicara  dalam  kelompok  seukuran itu.
  • Sebagai  jalan  keluarya  pembelajar  perlu  sekali-sekali  membentuk  “ triad “,  yaitu kelompok  yang  hanya terdiri  dari  tiga  orang.  Dengan  kelompok  kecil  itu  mau tidak mau pebelajar akan berani berbicara.
  • “Praktikum” tidak selalu berlangsung di laboratorium dengan menggunakan alat-alat yang  canggih,  melainkan  bisa  juga  berlangsung  di  alam  sekitar  dan  masyarakat. Kegiatan praktikum hendaknya diarahkan untuk membekali pebelajar dengan : keterampilan praktikum dasar pengenalan alat-alat dan teknik pengukuran standar keterampilan melakukan pengamatan intrepretasikan data   penulisan laporan keterampilan merencanakan percobaan minat terhadap ilmu
7  Evaluasi Pembelajaran Konstruktivis
       Evaluasi  terhadap  pembelajaran  konstruktivis  meliputi  evaluasi  formatif  dan sumatif.  Evaluasi  formatif  menekankan  pada  proses,  dan  tujuannya  lebih  kepada perbaikan  mutu  pembelajaran;  sedangkan  evaluasi  sumatif  menekankan  pada  hasil. Untuk evaluasi formatif asesmen perlu dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan berikut ini: (a) diskusi kelas, (b) kegiatan kelompok kecil di kelas atau di lapangan tugas terstruktur, pekerjaan rumah, (c) kegiatan mandiri (proyek), (d) praktikum Evaluasi  sumatif  mengukur  pencapaian  pebelajar  setelah  menyelesaikan  suatu mata  pelajaran.  Aspeknya  mencakup  pengetahuan,  keterampilan,  dan  sikap; pengukurannya bisa dilakukan dengan tes tertulis maupun tes perbuatan. Evaluasi  terhadap  kegiatan  praktikum  sebenamya  tidak  semata-mata menekankan  pada  proses,  melainkan  juga  hasil,  laporan  praktikum  adalah  suatu  hasil. Asesmen  terhadap  laporan  praktikum  dapat  dilakukan  secara  komprehensif  mencakup hal-hal  berikut  ini:  (a)  kejelasan  isi,  (b)  kebenaran  teori,  (c)  presentasi  hasil,  dan  (d) penampakan visual keseluruhan.
       Koreksi  terhadap  laporan  prakfikum  dan  tugas  seringkali  menjadi  pekerjaan yang  sangat  berat  bagi  pembelajar.  Struktur  masing-masing  laporan  cukup  kompleks dan  perhitungannya  sangat  rumit.  Dengan  jumlah  pebelajar  sekitar  40  orang  tiap  kelas hampir  tidak  mungkin  bagi  pembelajar  memeriksa  secara  teliti.  Untuk  tugas  yang bersifat homogen, sama untuk semua pebelajar, berbagai altematif disarankan;
  • Cukup  dilakukan  koreksi  terhadap  satu  kelompok;  yang  lain  akan  belajar  dari kesalahan-kesalahan kelompok itu, yang sudah dikoreksi oleh pembelajar.
  • Melakukan  sampling  terhadap  laporan-laporan  praktikum  atau  PR  yang  masuk; misalnya satu tiap empat laporan atau PR.
  • Menggunakan peer dan self assessinent
Nilai  akhir  dari  hasil  belajar  pebelajar  adalah  gabungan  dari  berbagai  nilai  yang diperoleh.

8.Penerapannya dalam pembelajaran fisika
       Adapun penerapannya dalam pembelajaran fisika yaitu Praktikum, dimana praktikum itu tidak selalu berlangsung di laboratorium dengan menggunakan alat-alat yang  canggih,  melainkan  bisa  juga  berlangsung  di  alam  sekitar  dan  masyarakat. Kegiatan praktikum hendaknya diarahkan untuk membekali pebelajar dengan :  keterampilan praktikum dasar pengenalan alat-alat dan teknik pengukuran standar      keterampilan melakukan pengamatan intrepretasikan data penulisan laporan keterampilan merencanakan percobaan minat terhadap ilmu, dengan praktikum, siswa dapat membangun pengetahuannya melalui penemuan dari hasil percobaanya.
       Bisa juga dlam diskusi yang tujuannya untuk memecahkan masalah, dengan diskusi siswa dapat secara aktif mengelurkan pendapat yang dimilkinya terkait masalah yang ingin dipecahka, dan dari diskusi siswa dapat berinteraksi disekitarnya, sehingga dapat membangun sendiri pengetahuannya.
C.Pendekatan keterampilan proses
1.Landasan teori
        Belajar bukan suatu proses tunggal akan tetapi merupakan suatu proses yang kompleks.Menurut Uzer Usman (1995: 5) belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah lakupada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dan individu denganlingkungannya. Dalam pengertian ini perubahan yang dimaksud adalah bahwa seseorang,setelah mengalami suatu proses belajar, akan mengalami perubahan tingkah laku, baikaspek pengetahuannya, keterampilannya, maupun aspek sikapnya. Kriteria keberhasilandalam belajar diantaranya ditandai dengan terjadinya perubahan tingkah laku pada diri individu yang belajar.
       Pendapat serupa dikemukakan Nana Sudjana (1995: 28) belajar adalah suatu proses
yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang, perubahan sebagai hasil dari
proses belajar dapat ditujukan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan,
pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahanaspek-aspek yang lain yang ada pada individu yang belajar.
2.Pengertian pendekatan keterampilan proses
       Keterampilan proses dapat diartikan yaitu keterampilan untuk memperoleh pengetahuan,sedangkan pendekatan keterampilan proses adalah sudut pandang atau tolak ukur yang digunakan dalam melakukan keterampilan untuk memperolh pengetahuan
Mengajar yang mengacu pada proses perubahan tingkah laku menuntut pendekatan
pembelajaran yang tepat, dimana dengan pendekatan itu diupayakan berfungsinya berbagai
keterampilan fisik dan mental anak selama proses pembelajaran dalam rangka memperoleh
hasil belajar yang diinginkan. Pendekatan tersebut adalah pendekatan keterampilan proses.
       Menurut Conny Semiawan dkk (1992: 17) pendekatan keterampilan proses adalah
pendekatan yang menumbuhkan dan mengembangkan sampai menguasai sejumlah
kemampuan atau keterampilan fisik dan mental tertentu.
       Dengan pendekatan keterampilan proses diharapkan siswa menguasai kemampuan
atau keterampilan dasar. Kemampuan yang dimaksud adalah keterampilan proses yaitu
keterampilan fisik dan mental yang pada dasarnya adalah diri siswa, yang sesuai dengan
tingkat perkembangannya. Keterampilan tersebut misalnya keterampilan pengamatan,
membuat hipotesis, merencanakan penelitian, mengendalikan variabel, menafsirkan data,
menyusun kesimpulan sementara, meramalkan, menerapkan dan mengkomunikasikannya.

2.Jenis-jenis keterampilan proses
   1) Mengamati(observasi)
       Untuk dapat mencapai keterampilan mengamati, siswa harus menggunakan semua
inderanya. Dengan demikian ia dapat mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dan
memadai, selanjutnya siswa harus mampu mencapai persamaan dan perbedaan.

   2) Pengukuran
       Keterampilan pengukuran merupakan keterampilan dasar yang penting dan banyak digunakan oleh ilmuan,karena kita ketahui bahwa pengukuran didasarkan pada perbandingan.contohynya dalam fisika adalah saat praktikum misalnya membandingkan panjang, luas, dan volum dari benda, membandingkan kecepatan suhu dan sebagainya.
   3) Meramalkan
       Bila siswa dapat menggunakan pola-pola hasil pengamatannya untuk menemukan
apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamatinya, maka siswa itu memiliki
keterampilan proses meramalkan.

   4) Menggunakan Alat dan Bahan
      Untuk dapat memiliki keterampilan menggunakan alat dan bahan, dengan
sendirinya siswa harus menggunakannya supaya memperoleh pengalaman langsung.
Selain itu siswa harus mengetahui pula mengapa atau bagaimana menggunakan alat dan
bahan tersebut.

   5) Klasifikasi
       Merupakan jenis ketermpilan proses yang sangat penting. Pada keterampilan klasifikasi murid harus terlatih melihat persamaan dan perbedaan sesuatu baik berdasarkan ciri, tujuan dan lain-lain. Contohnya dalam fisika, saat praktikum mengklasifikasikan beban berdasarkan massanya.
   6) Merencanakan Penelitian
       Agar siswa dapat memiliki keterampilan dalam proses merencanakan penelitian
maka harus menentukan alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian. Selanjutnya
siswa harus menentukan variabel-variabel. Ada variabel yang dibuat tetap dan ada pula
variabel yang dibuat berubah. Demikian pula ia harus dapat menentukan apa yang akan
diamati, diukur, atau ditulis, menentukan cara, dan langkah-langkah kerja. Selanjutnya
bisa menentukan bagaimana mengolah hasil-hasil pengamatan.

  7) Berkomunikasi
       Supaya siswa memiliki keterampilan berkomunikasi, siswa berlatih menyusun dan
menyampaikan laporan secara sistematis dan jelas, menjelaskan hasil percobaan atau
pengamatan, mendiskusikan dan menggambarkan data dengan grafik atau tabel.

  8) Interpretasi Data
       Keterampilan menginterpretasi atau menafsirkan data adalah salah satu keterampilan kunci dalam keterampilan proses, dimana data yang dikumpulkan melalui eksperimen disajikan dalam berbagai cara, seperti grafik dan tabel.Dengan adanya interpretasi siswa dapat membuat kesimpulan sesuai dengan kaidah ilmiah.
3 Penerapannya dalam fisika.
    Adapun penerapannya dalam pembelajaran fisika yaitu saat praktikum di laboratorium,di mana siswa dituntut dalam memperoleh pengetahuan,harus melakukan proses-psoses yang sistematis sehingga dapat memperoleh pengetahuan dan di publikasikan kepada semua orang,misalnya mengetahui persamaan hukum hook,siswa harus melakukan proses-proses sains  dari pengamatan sampai interpretasi data sehingga di peroleh persamaan hukum hook
D.Pendekatan Kontekstual
   1.Pengertian pendekatan konterkstual
       Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (US Departement of Education, 2001). Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa makna belajar, manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Dengan ini siswa akan menhadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna sebagai hidupnya nanti. Sehingga, akan membuat mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa akan berusaha untuk meggapinya.
       Tugas guru dalam pembelajaran kontekstual adalah membantu siswa dalam mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih berurusan dengan trategi daripada memberi informasi. Guru hanya megelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan suatu yang baru bagi siswa. Proses belajar mengajar lebih diwarnai Student centered daripada teacher centered. Menurut Depdiknas guru harus melaksanakan beberapa hal sebagai berikut: 1) Mengkaji konsep atau teori yang akan dipelajari oleh siswa . 2) Memahami latar belakang dan pengalaman hidup siswa melalui proses pengkajian secara seksama. 3) Mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa yang selanjutnya memilih dan mengkaiykan dengan konsep atau teori yang akan dibahas dalam pembelajaran kontekstual. 4) Merancang pengajaran dengan mengkaitkan konsep atau teori yang dipelajari dengan mempertimbangkan pengalaman yang dimiliki siswa dan lingkungan hidup mereka. 5) Melaksanakan penilaian terhadap pemahaman siswa, dimana hasilnya nanti dijadikan bahan refeksi terhadap rencana pemebelajaran dan pelaksanaannya.
       Menurut Blanchard, ciri-ciri kontekstual: 1) Menekankan pada pentingnya pemecahan masalah. 2) Kegiatan belajar dilakukan dalam  berbagai konteks 3) Kegiatan belajar dipantau dan diarahkan  agar siswa dapat belajar mandiri. 4) Mendorong siswa untuk belajar dengan temannya dalam kelompok atau secara mandiri. 5) Pelajaran menekankan pada konteks kehidupan siswa yang berbeda-beda. 6) Menggunakan penilaian otentik
       Menurut Depdiknas untuk penerapannya, pendekatan kontektual (CTL) memiliki tujuah komponen utama, yaitu konstruktivisme (constructivism), menemukan (Inquiry), bertanya (Questioning), masyarakat-belajar (Learning Community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian yang sebenarnya (Authentic). Adapaun tujuh komponen tersebut sebagai berikut:
 2.Komponen utama pendekatan kontekstual dan penerapannya dalam fisika
  1. Konstruktivisme (constructivism)
Kontruktivisme merupakan landasan berpikir CTL, yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, mengingat pengetahuan tetapi merupakan suatu proses belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif secara mental mebangun pengetahuannya, yang dilandasi oleh struktur pengetahuanyang dimilikinya. 

2 Menemukan (Inquiry)
Menemukan merupakan bagaian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual Karen pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri. Kegiatan menemukan (inquiry) merupakan sebuah siklus yang terdiri dari observasi (observation), bertanya (questioning), mengajukan dugaan (hiphotesis), pengumpulan data (data gathering), penyimpulan (conclusion). Contohnya dalam fisika,   
3 Bertanya (Questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu dimulai dari bertanya. Bertanya merupakan strategi utama pembelajaan berbasis kontekstual. Kegiatan bertanya berguna untuk : 1) menggali informasi, 2) menggali pemahaman siswa, 3) membangkitkan respon kepada siswa, 4) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa, 5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa, 6) memfokuskan perhatian pada sesuatu yang dikehendaki guru, 7) membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.Contohnya dalam fisika, misalnya guru menuliskan rumus hukum ohm lalu guru menyuruh siswa menyebutkan bunyi dari hukum ohm. 
4 Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran diperoleh dari hasil kerjasama dari orang lain. Hasil belajar diperolah dari ‘sharing’ antar teman, antar kelompok, dan antar yang tau ke yang belum tau. Masyarakat belajar tejadi apabila ada komunikasi dua arah, dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar.Contoh dalam fisika yaitu melakukan diskusi kelompok. 
5 Pemodelan (Modeling)
Pemodelan pada dasarnya membahasakan yang dipikirkan, mendemonstrasi bagaimana guru menginginkan siswanya untuk belajar dan malakukan apa yang guru inginkan agar siswanya melakukan. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan ,elibatkan siswa dan juga mendatangkan dari luar.Contoh dalam fisika, guru mendemonstrasikan cara penggunaan neraca ohauss 311gram, lalu siswa mengikuti apa yang didemonstrasikan oleh gurunya. 
6 Refleksi (Reflection)
Refleksi merupakan cara berpikir atau respon tentang apa yang baru dipelajari aau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa lalu. Realisasinya dalam pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi yang berupa pernyataan langsung tentang apa yang diperoleh hari itu.
7 Penilaian yang sebenarnya ( Authentic Assessment)
Penialaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberi gambaran mengenai perkembangan belajar siswa. Dalam pembelajaran berbasis CTL, gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami pembelajaran yang benar. Fokus penilaian adalah pada penyelesaian tugas yang relevan dan kontekstual serta penilaian dilakukan terhadap proses maupun hasil.Contohnya dalam fisika, yaitu guru memberikan evaluasi tentang materi yang telah dipelajari oleh siswanya.

Nasab Muhammad rasulullah shallallahu alaihi wa sallam

      Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam berkata, "inilah sirah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, Muhammad bin Abdullah bin Abd...