PERJALANAN MENUJU LOKASI PENGABDIAN KAB. WAROPEN, PAPUA, UNTUKMU NEGERIKU, PADAMU NEGERI KAMI MENGABDI

Berawal dari menonton acara-acara di tv tentang pengabdian-pengabdian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dan pendidik yang berasal dari pekotaan yang mendedikasikan dirinya datang ke pelosok negeri untuk mengabdi. Di saat itu pula niat untuk mengabdi dalam diriku bangkit.
Setahun lamanya berusaha untuk meminta ijin untuk mendftar pada program SM-3T kepada ibunda tercinta, namun usaha itu pun tidak berhasil. Dan pada akhirnya setelah menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi niat itu pun semakin tak terbendung. Kuberanikan diriku untuk mendftar sekedar untuk mendapatkan pasword dan user name. Di hari yang sama, tepat sehabis shalat magrib di kamar kost yang kecil saya menghubungi ibunda tercinta yang saat itu ada di tanah kelahiranku, Maros.
“Mama saya sudah mendaftar program SM-3T tahap awal, kalau mama mengijinkan saya untuk mendaftar dan mengabdi ke pelosok negeri, saya melanjutkan proses pendaftaran ini dan melengkapi berkas-berkas yang disyaratkan tapi kalu tidak, pendaftaran ini saya hentikan saat ini juga” kataku di telepon. “ ya sudah lanjutkan saja nak, kalau rejekimu ada pada program ini pasti kamu lolos, tapi kalu bukan rejeki maka rejekimu ada di tempat lain” kata beliau.
Dengan semangatnya saya bersama teman-teman mengurus ke rektorak kampus agar ijazah kami cepat keluar karena saat itu kami baru 2 minggu selesai wisudah yang otomatis di kamups kami jika dalm jangka waktu yang seperti itu tidak ada harapan untuk mendapatkan ijazah. Namun, dengan usaha yang tiada henti melapor ke ketua jurusan, dekan fakultas, kepala bagian pencetakan ijazah, tapi semuanya sia-sia hingga pada akhirnya kami mengahadpa pada WR 3 dan akhirnya ijazah kami pun bisa di keluarkan dalam jangka 2 minggu saja. Perjuangan pun dilanjutkan untuk mendaftar di program ini.
Tahap demi tahap kulalui pengumuman keulusan berkas, tes online, melengkapi berkas, tes wawancara, dan undangan untuk wawancara. Berkah ramadhan dan doa dari ibunda tersayang, alhamdulillah segalanya dilewati dengan tanpa halangan yang berarti sedikitpun.

Berlanjut pada kegiatan prakondisi yang harus dilewati yang sebenarnya sangat berat untuk kulalui, bukan karena saya harus latihan militer ataupun harus bangun jam 3 malam untuk mandi dan siap-siap untuk balajar tapi, yang membuat saya berat untuk mengikuti kegiatan prakondisi itu adalah karena keluarga besarku yang katanya keluarga se-Indonesia kumpul pada satu titik yaitu di maros, tanah kelahiranku karena bertepatan dengan acara keluarga. Dimana saat mengikuti kegiatan prakondisi kami tidak diperkenankan untuk pulang ke rumah. Tapi aahhh sudahlah tidak apa-apa semua demi cita-citaku.. yah cita-citaku sejak dulu yang ingin ke pelosok negeri untuk menjadi orang yang bermanfaat di sana. Nah ini dia foto yang sempat diabadikan saat kegiatan prakondisi... hahahah kerenkan? Dan pastinya seru...


Setelah kegiatan prakondisi selesai, belum lagi istirahat full di esok hari jam 8 pagi kami harus mengikuti kegiatan pelepasan di kampus dan tepat jam 9 malam kami harus kumpul di bandara sultan hasanuddin untuk berangkat ke Waropen. Meskipun dengan berat hati untuk meninggalkan keluarga dan orang-orang tercinta, namun demi tugas dan panggilan jiwa saya bersama teman-teman yang didampingi oleh pak Alimin, dosen pendamping kami. Kami pun berangkat ke waropen dengan kondisi tubuh yang masih kelelahan sehabis prakondisi. Meskipun orangtua dan keluarga menggantar kami dengan linangan air mata di bandara namun, kami harus pergi mengemban tugas yang di berikan negara kepada kami, “Mewujudkan generasi emas Indonesia”.

Dan... tadaaaaa foto di atas diambil pas di ruang tunggu bandara internasional Sultan Hasanuddin Makassar... bareng pak Alimin juga nih.. meski muka masih comel-comel badan lelah tapi harus tetap semangat dan eksis... guru kekinian siap berangkat ke Biak trus cuss Waropen... hahaha semangat ki anak muda....
Makassar, 19 Agustus 2015 pukul 01:15 WITA kami terbang menuju Biak dan tiba di bandara Biak pukul 05:35 WIT. Di Biak kami di jemput oleh korkab SM-3T angkatan IV dan anggota KKSS (Keluarga Kerukunan Sulawesi Selatan), Waropen. Dari bandara, kami melanjutkan perjalanan menuju pelabuhan untuk menyebrang ke kabupaten waropen. Sementara menunggu kapal cepatnya berangkat, kami bersama pak alimin beristiahat dan makan di hotel aspal katanya. Hotel ini tidak ada di daerah mana pun, karena pelayanannya sungguh luar bisa, kami tidur dan makan di atas kasur aspal yang berdindingkan pemandangan laut biak yang indah dan beratapkan langit. Panas memang, tapi inilah salah satu cara untuk menikmati dan merenungkan kebesaran Allah SWT. Penasaran dengan hotel aspalnya? Nah ini dia foto kami saat di hotel aspal... hahaha hotel ala 3T mungkin eehhh...



Kerenkan? Pemanangan laut yang biru ditambah hijau pepohonan di sekitar, hidangan makanan laut has Biak yang kakak angkatan IV sediakan secara geratis.. hahaaa... dan semangat para sarjana muda untuk mengabdikan diri di pelosok negeri... maka, nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? (QS. Ar-Rahman:49)
          Yuk lanjut Naik kapal cepat ke Waropen anak muda... 


Hmmmmm... saat perjalanan menuju waropen saya tidak bisa bercerita banyak... hihihiii mau tau kenapa? Hmm alasannya tidak lama setelah saya duduk di atas kapal saya tertidur karena efek masih capek habis prakondisi hehehe yah itu saja... tapi, sempat sih di atas kapal cerita-cerita dengan dua orang warga Waropen.. yang awalnya kami kira waarga biasa dan ternyata mereka adalah anggota DPRD hihihii maklum mereka berpenampilan layaknya warga biasa saja... tidak seperti kebanyakan anggota DPRD di ekhmmm kabupaten lain maksudnya....
Setelah menempuh perjalanan laut kurang lebih 4,5 jam dan akhirnya selamat datang di welcome KABUPATEN WAROPEN.... sejauh mata memandang dari dalam kapal sudah terlihat pelabuhan Waren yang dipenuhi oeh warga, siswa, dan tentunya kakak SM-3T angkatan IV yang datang menyambut kami... keluar dari kapal mereka menyuguhkan buah sirih, biji pinang, dan tentunya kapur sirih... saya mah terima-terima saja... kebiasaan makan buah sirih, pinang, dicmpur kapur memang sudah menjadi adat dan kebiasaan... katanya, kalau torang mo bersaudara dengan orang Papua tong mesti makan sirih pinang dulu ibu guru.. yaahhh ok sa makan.. dan wow... rasa aneh, pekat, dll bercampur.. hihih tapi mau apa lagi ini demi jadi saudara... di mana kaki berpijak di situ langit di junjung... yahhh

Hihihii ucapan selamat datang... terimakasih atas penyambutannya di pelabuhan...
yukkk lanjut lagi. Dari pelabuhan kami dibawa ke rumah kepala suku besar kabupaten Waropen Bapak Nathan Simunapendi untuk menghadiri acara lepas sambut SM-3T IV dan SM-3T V yang kebetulan kami sama-sama berasal dari LPTK UNM yang dirangkaikan dengan penyambutan secara adat yaitu injak piring, pencucian muka, serta permintaan ijin pada leluhur tanah Waropen oleh bapak Kepala suku besar....

 Sekian dulu kisah perjalanan kami yah... hihihii nantikan edisi selanjutnya... hihihiii tetap semangat mengeduksi, tetap menginspirasi, Salam MBMI.... Untukmu negeri, Padamau negeri kami mengabdi...  



Comments

  1. Mantap salam MBMI...salam desikasi tanpa batas untuk negri ini.

    ReplyDelete
  2. Blogx bagus gabung digoogle adsense jg biar ada dollarx hehehe

    ReplyDelete
  3. Keren dan informatif. Anak putri bungsu saya akan mengabdi di Waropen mulai minggu depan (awal Maret 2019) lewat jalur BPS setelah menyelesaikan kuliah di STIS akhir tahun lalu.

    Tks atas informasinya.

    ReplyDelete
  4. maaf mau nanya, jadwal kapal cepat biak-waropen setiap hari apa ya? mohon infonya. soaalnya saya ada perjalanan kesana

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

STRATEGI PERJUANGAN MUHAMMADIYAH DAN GERAKANNYA

Pendekatan Dalam Proses Pembelajaran Fisika

ALAT UKUR DAN PENGUKURAN