Pendekatan Dalam Proses Pembelajaran Fisika

PENDEKATAN PEMBELAJARAN PROSES, KONSTRUKTIVIS, DAN KONTEKSTUAL

A.Pendekatan pembelajaran
       Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).Dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum, guru perlu melakukan serangkaian kegiatan pembelajaran mulai dari perencanaan, menentukan strategi, pemilihan materi dan metode pembelajaran, sampai pada penilaian. Serangkaian kegiatan pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan pendidikan tersebut sering disebut dengan pendekatan pembelajaran.Pengertian pendekatan sendiri dikatakan oleh Ujang Sukandi (2003:39) adalah  cara umum dalam memandang permasalahan atau objek kajian, laksana pakai kacamata merah — semua tampak kemerah-merahan.
    Pengertian pendekatan pembelajaran secara tegas belum ada kesepakatan dari para ahli pendidikan. Namun beberapa ahli mencoba menjelaskan tentang pendekatan pembelajaran (instructional approach), misalnya ditulis oleh Gladene Robertson dan Hellmut Lang (1984: 5). Menurutnya pendekatan pembelajaran dapat dimaknai menjadi 2 pengertian, yaitu pendekatan pembelajaran sebagai dokumen tetap dan pendekatan pembelajaran sebagai bahan kajian yang terus berkembang. Pendekatan pembelajaran sebagai dokumen tetap dimaknai sebagai suatu Kerangka  umum dalam Praktek  Profesional guru, yaitu serangkaian dokumen yang dikembangkan untuk mendukung pencapaian  Kurikulum. Hal tersebut berguna untuk: (1) mendukung kelancaran guru dalam proses pembelajaran; (2) membantu para guru  menjabarkan kurikulum dalam praktik pembelajaran di kelas; (3) sebagai panduan bagi guru dalam menghadapi perubahan kurikulum; dan (4) sebagai bahan masukan bagi para penyusun kurikum untuk mendesain  kurikulum dan pembelajaran yang terintegrasi.adapun macam-macam pendekatan pembelajaran yang efisien bagi pembelajaran fisika akan di jelaskan pada pembahasan berikutnya
B.Pendekatan Pembelajaran Konstruktivis
1.Landasan teori pendekatan konstruktivis  
      Landasan teori dari pendekatan ini adalah bahwa siswa sendirilah yang harus membangu pengetahuannya,bukan guru atau orang lain. Menurut pandangan ahli konstruktivisme, setiap siswa mempunyai  peranan dalam menentukan apa yang dipelajari. Penekanan diberi kepada siswa agar dapat membentuk kemahiran dan pengetahuan yaitu dengan mengaitkan pengalaman yang terdahulu dengan kegunaannya di masa depan. Siswa tidak hanya diberikan penekanan terhadap fakta atau konsep tetapi juga diberikan penekanan terhadap proses berpikir serta kemahiran berkomunikasi.
       Epistemologi konstruktivis menganggap bahwa peserta didik membangun pengetahuan mereka sendiri atas dasar interaksi dengan lingkungan mereka. Empat asumsi epistemologis berada di jantung dari apa yang kita sebut sebagai "pembelajaran konstruktivis."
         Pengetahuan secara fisik dibangun oleh peserta didik yang terlibat dalam pembelajaran aktif.
         Pengetahuan dibangun secara simbolis oleh peserta didik yang membuat representasi sendiri tindakan;
         Pengetahuan sosial yang dibangun oleh peserta didik yang menyampaikan makna mereka membuat orang lain;
         Pengetahuan secara teoritis dibangun oleh peserta didik yang mencoba untuk menjelaskan hal-hal yang tidak sepenuhnya mengerti.

2. Pengertian Pendekatan Konstruktivis
       Pendekatan konstruktivisme merupakan proses pembelajaran yang menerangkan bagaimana pengetahuan disusun dalam pemikiran pelajar. Pengetahuan dikembangkan secara aktif oleh pelajar itu sendiri dan tidak diterima secara pasif dari orang disekitarnya. Hal ini bermakna bahwa pembelajaran merupakan hasil dari usaha pelajar itu sendiri dan bukan hanya ditransfer dari guru kepada pelajar.
      Hal tersebut berarti siswa tidak lagi berpegang pada konsep pengajaran dan pembelajaran yang  lama, dimana guru hanya menuangkan atau mentransfer ilmu kepada siswa tanpa adanya usaha terlebih dahulu dari siswa itu sendiri.Menurut pandangan ahli konstruktivisme, setiap siswa mempunyai  peranan dalam menentukan apa yang dipelajari. Penekanan diberi kepada siswa agar dapat membentuk kemahiran dan pengetahuan yaitu dengan mengaitkan pengalaman yang terdahulu dengan kegunaannya di masa depan. Siswa tidak hanya diberikan penekanan terhadap fakta atau konsep tetapi juga diberikan penekanan terhadap proses berpikir serta kemahiran berkomunikasi.
3.    Prosedur pembelajaran konstruktivisme
      Driver  dalam  Fraser  and  Walberg  (1995)  telah  menciptakan  prosedur pembelajaran  berdasarkan  konstruktivisme,  memfasilitasi  pebelajar  membangun  sendiri konsep-konsep  baru  berdasarkan  konsep  lama yang  telah  dimiliki.  Pembangunan konsep  baru  itu  tidak  terjadi  di  ruang  hampa  melainkan  dalam  konteks sosial,  dimana mereka dapat berinteraksi dengan orang lain untuk merestrukturisasi ide-idenya.Konsep  lama  yang  dimiliki  pebelajar  digali  pada  pembelajaran  pendahuluan, pada  saat  mereka mendapat orientasi  berupa peristiwa alam,  model,  atau simulasi  yang relevan  dengan  konsep  yang  akan  dipelajari.  Konsep  lama  itu  diperoleh  pebelajar  dari kehidupan  sehari-hari  selama  bertahun-tahun,  maupun  dari  pembelajaran  sebelumnya. Tidak  jarang  di  antara  konsep-konsep  itu  ada  yang  salah  (miskonsepsi),  yang  akan sangat  mengganggu  proses  belajar  selanjutnya  apabila  tidak  diperbaiki  sejak  awal. Konsep  lama  yang  sudah  sesuai  dengan  konsep  ilmiah  sangat  penting  artinya  bagi penanaman konsep-konsep baru yang akan dilakukan dalam pembelajaran inti.
4.Kompetensi yang Dikembangkan dalam Pembelajaran Kontruktivis
      Di samping kompetensi disiplin (discipline-based competencies), pembelajaran  konstruktivis  juga  mengembangkan  kompetensi  interpersonal (interpersonal competencies) dan  kompetensi  intrapersonal (intrapersonal  competencies) dalam diri pebelajar. Kompetensi disiplin ilmu berkaitan dengan peman konsep, prinsip, teori  dan  hukum  dalam  disiplin  ilmu  masing-masing.  Kompetensi  interpersonal mencakup  kemampuan  berkomuniksi,  berkolaborasi,  berperilaku  sopan  dan  baik, menangani konflik, bekerja sama, membantu orang lain, dan menjalin hubungan dengan orang  lain.  Kompetensi  intrapersonal  mencakup  apresiasi  terhadap  keanekaragaman,  melakukan  refleksi  diri,  disiplin,  beretos  kerja  tinggi,  membiasakan  diri  hidup  sehat, mengendalikan emosi, tekun, mandiri, dan mempunyai motivasi intrinsik. Keempat lingkaran  itu  saling  bersinggungan  bagian tepinya  sehingga manakala lingkaran  pembelajaran  menggelinding  ketiga  lingkaran  lainnya  akan  ikut menggelinding
       Lingkaran  pembelajaran  yang  terintegrasi  dengan  tiga  kompetensi  itu  seiring dengan dimensi-dimensi konstruktivisme pada. Pada  saat mengkonstruksi  pengetahuan dalam konteks sosiokultural kompetensi interpersonal pebelajar akan berkembang secara alami.  Pada  saat  mengkonstruksi  pengetahuan  secara  aktif  (sebagai  aktor)  kompetensi intrapersonal pebelajar akan terfasilitasi secara optimal.
5   Strategi Pembelajaran Kontruktivis
  a.    Langsung (Tatap Muka)
      Secara umum tatap muka terdiri dari tiga bagian, yaitu :
  • Pendahuluan : Memberikan  “orientasi”  dan  “penggalian  ide”  untuk  mengetahui  prakonsepsi pebelajar.
  • Inti:  Merupakan  bagian  terbesar  pembelajaran,  digunakan  untuk  menfasilitasi “restrukturisasi ide” mengarah ke  perbaikan  konsep,  pembelajar menilai apakah  ide-ide  itu  sudah  mendekati  konsep  ilmiah  yang  sesungguhnya.  Selanjutnya memberi  kesempatan  kepada  pebelajar  untuk  “mengaplikasikan  ide-ide”  yang baru  dipelajari  untuk  memecahkan  berbagai  masalah.  Pemantapan  pebelajar  atas ide-ide  itu  sebenamya  baru,  namun  akan  mantap  setelah  digunakan  untuk memecahkan masalah.
  • Penutup : Melakukan  “review  perubahan  ide”  untuk  membandingkan  ide  yang  telah dipelajari dengan ide awal yang muncul saat penggalian ide.
  b.    Tidak Langsung (Non Tatap Muka)
       Dalam  pembelajaran  non  tatap  muka  “restrukturisasi  ide”  dan  “aplikasi  ide”  dapat terus  difasilitasi;  bedanya  proses  pembelajaran  pebelajar,  tanpa  pengawasan pembelajar.  Tugasnya  bisa  bersifat  terstruktur  (sesuai  dengan  perencanaan pembelajar),  dapat  juga  mandiri  (sesuai  dengan  minat  masing-masing  pebelajar).
6.    Metode Pembelajaran Kontruktivis
       Di dalam masing-masing tahap pembelajaran konstruktivisme di atas, tentu saja terdapat berbagai metode. Di bawah ini adalah beberapa metode yang sering dipakai :
  • Metode  “sindikat”  sangat  cocok  untuk  topik  yang  dapat  dipelajari  sendiri  oleh pebelajar.  Mereka  bekerja  dalam  kelompok,  masing-masing  anggota  mempelajari satu aspek  masalah  secara  mendalam  sebelum  bertemu  dengan anggota  lain  dalam sindikatnya, memecahkan masalah secara bersama-sama secara intensif
  • Pembelajaran  kelompok  kecil  biasanya  terdiri  dari  4-6  pebelajar;  mereka  saling mengemukakan  pendapatnya  tentang  suatu  masalah  sebelum  akhirnya  mengambil kesimpulan.  Beberapa  pebelajar  kurang  berani  berbicara  dalam  kelompok  seukuran itu.
  • Sebagai  jalan  keluarya  pembelajar  perlu  sekali-sekali  membentuk  “ triad “,  yaitu kelompok  yang  hanya terdiri  dari  tiga  orang.  Dengan  kelompok  kecil  itu  mau tidak mau pebelajar akan berani berbicara.
  • “Praktikum” tidak selalu berlangsung di laboratorium dengan menggunakan alat-alat yang  canggih,  melainkan  bisa  juga  berlangsung  di  alam  sekitar  dan  masyarakat. Kegiatan praktikum hendaknya diarahkan untuk membekali pebelajar dengan : keterampilan praktikum dasar pengenalan alat-alat dan teknik pengukuran standar keterampilan melakukan pengamatan intrepretasikan data   penulisan laporan keterampilan merencanakan percobaan minat terhadap ilmu
7  Evaluasi Pembelajaran Konstruktivis
       Evaluasi  terhadap  pembelajaran  konstruktivis  meliputi  evaluasi  formatif  dan sumatif.  Evaluasi  formatif  menekankan  pada  proses,  dan  tujuannya  lebih  kepada perbaikan  mutu  pembelajaran;  sedangkan  evaluasi  sumatif  menekankan  pada  hasil. Untuk evaluasi formatif asesmen perlu dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan berikut ini: (a) diskusi kelas, (b) kegiatan kelompok kecil di kelas atau di lapangan tugas terstruktur, pekerjaan rumah, (c) kegiatan mandiri (proyek), (d) praktikum Evaluasi  sumatif  mengukur  pencapaian  pebelajar  setelah  menyelesaikan  suatu mata  pelajaran.  Aspeknya  mencakup  pengetahuan,  keterampilan,  dan  sikap; pengukurannya bisa dilakukan dengan tes tertulis maupun tes perbuatan. Evaluasi  terhadap  kegiatan  praktikum  sebenamya  tidak  semata-mata menekankan  pada  proses,  melainkan  juga  hasil,  laporan  praktikum  adalah  suatu  hasil. Asesmen  terhadap  laporan  praktikum  dapat  dilakukan  secara  komprehensif  mencakup hal-hal  berikut  ini:  (a)  kejelasan  isi,  (b)  kebenaran  teori,  (c)  presentasi  hasil,  dan  (d) penampakan visual keseluruhan.
       Koreksi  terhadap  laporan  prakfikum  dan  tugas  seringkali  menjadi  pekerjaan yang  sangat  berat  bagi  pembelajar.  Struktur  masing-masing  laporan  cukup  kompleks dan  perhitungannya  sangat  rumit.  Dengan  jumlah  pebelajar  sekitar  40  orang  tiap  kelas hampir  tidak  mungkin  bagi  pembelajar  memeriksa  secara  teliti.  Untuk  tugas  yang bersifat homogen, sama untuk semua pebelajar, berbagai altematif disarankan;
  • Cukup  dilakukan  koreksi  terhadap  satu  kelompok;  yang  lain  akan  belajar  dari kesalahan-kesalahan kelompok itu, yang sudah dikoreksi oleh pembelajar.
  • Melakukan  sampling  terhadap  laporan-laporan  praktikum  atau  PR  yang  masuk; misalnya satu tiap empat laporan atau PR.
  • Menggunakan peer dan self assessinent
Nilai  akhir  dari  hasil  belajar  pebelajar  adalah  gabungan  dari  berbagai  nilai  yang diperoleh.

8.Penerapannya dalam pembelajaran fisika
       Adapun penerapannya dalam pembelajaran fisika yaitu Praktikum, dimana praktikum itu tidak selalu berlangsung di laboratorium dengan menggunakan alat-alat yang  canggih,  melainkan  bisa  juga  berlangsung  di  alam  sekitar  dan  masyarakat. Kegiatan praktikum hendaknya diarahkan untuk membekali pebelajar dengan :  keterampilan praktikum dasar pengenalan alat-alat dan teknik pengukuran standar      keterampilan melakukan pengamatan intrepretasikan data penulisan laporan keterampilan merencanakan percobaan minat terhadap ilmu, dengan praktikum, siswa dapat membangun pengetahuannya melalui penemuan dari hasil percobaanya.
       Bisa juga dlam diskusi yang tujuannya untuk memecahkan masalah, dengan diskusi siswa dapat secara aktif mengelurkan pendapat yang dimilkinya terkait masalah yang ingin dipecahka, dan dari diskusi siswa dapat berinteraksi disekitarnya, sehingga dapat membangun sendiri pengetahuannya.
C.Pendekatan keterampilan proses
1.Landasan teori
        Belajar bukan suatu proses tunggal akan tetapi merupakan suatu proses yang kompleks.Menurut Uzer Usman (1995: 5) belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah lakupada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dan individu denganlingkungannya. Dalam pengertian ini perubahan yang dimaksud adalah bahwa seseorang,setelah mengalami suatu proses belajar, akan mengalami perubahan tingkah laku, baikaspek pengetahuannya, keterampilannya, maupun aspek sikapnya. Kriteria keberhasilandalam belajar diantaranya ditandai dengan terjadinya perubahan tingkah laku pada diri individu yang belajar.
       Pendapat serupa dikemukakan Nana Sudjana (1995: 28) belajar adalah suatu proses
yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang, perubahan sebagai hasil dari
proses belajar dapat ditujukan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan,
pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahanaspek-aspek yang lain yang ada pada individu yang belajar.
2.Pengertian pendekatan keterampilan proses
       Keterampilan proses dapat diartikan yaitu keterampilan untuk memperoleh pengetahuan,sedangkan pendekatan keterampilan proses adalah sudut pandang atau tolak ukur yang digunakan dalam melakukan keterampilan untuk memperolh pengetahuan
Mengajar yang mengacu pada proses perubahan tingkah laku menuntut pendekatan
pembelajaran yang tepat, dimana dengan pendekatan itu diupayakan berfungsinya berbagai
keterampilan fisik dan mental anak selama proses pembelajaran dalam rangka memperoleh
hasil belajar yang diinginkan. Pendekatan tersebut adalah pendekatan keterampilan proses.
       Menurut Conny Semiawan dkk (1992: 17) pendekatan keterampilan proses adalah
pendekatan yang menumbuhkan dan mengembangkan sampai menguasai sejumlah
kemampuan atau keterampilan fisik dan mental tertentu.
       Dengan pendekatan keterampilan proses diharapkan siswa menguasai kemampuan
atau keterampilan dasar. Kemampuan yang dimaksud adalah keterampilan proses yaitu
keterampilan fisik dan mental yang pada dasarnya adalah diri siswa, yang sesuai dengan
tingkat perkembangannya. Keterampilan tersebut misalnya keterampilan pengamatan,
membuat hipotesis, merencanakan penelitian, mengendalikan variabel, menafsirkan data,
menyusun kesimpulan sementara, meramalkan, menerapkan dan mengkomunikasikannya.

2.Jenis-jenis keterampilan proses
   1) Mengamati(observasi)
       Untuk dapat mencapai keterampilan mengamati, siswa harus menggunakan semua
inderanya. Dengan demikian ia dapat mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dan
memadai, selanjutnya siswa harus mampu mencapai persamaan dan perbedaan.

   2) Pengukuran
       Keterampilan pengukuran merupakan keterampilan dasar yang penting dan banyak digunakan oleh ilmuan,karena kita ketahui bahwa pengukuran didasarkan pada perbandingan.contohynya dalam fisika adalah saat praktikum misalnya membandingkan panjang, luas, dan volum dari benda, membandingkan kecepatan suhu dan sebagainya.
   3) Meramalkan
       Bila siswa dapat menggunakan pola-pola hasil pengamatannya untuk menemukan
apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamatinya, maka siswa itu memiliki
keterampilan proses meramalkan.

   4) Menggunakan Alat dan Bahan
      Untuk dapat memiliki keterampilan menggunakan alat dan bahan, dengan
sendirinya siswa harus menggunakannya supaya memperoleh pengalaman langsung.
Selain itu siswa harus mengetahui pula mengapa atau bagaimana menggunakan alat dan
bahan tersebut.

   5) Klasifikasi
       Merupakan jenis ketermpilan proses yang sangat penting. Pada keterampilan klasifikasi murid harus terlatih melihat persamaan dan perbedaan sesuatu baik berdasarkan ciri, tujuan dan lain-lain. Contohnya dalam fisika, saat praktikum mengklasifikasikan beban berdasarkan massanya.
   6) Merencanakan Penelitian
       Agar siswa dapat memiliki keterampilan dalam proses merencanakan penelitian
maka harus menentukan alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian. Selanjutnya
siswa harus menentukan variabel-variabel. Ada variabel yang dibuat tetap dan ada pula
variabel yang dibuat berubah. Demikian pula ia harus dapat menentukan apa yang akan
diamati, diukur, atau ditulis, menentukan cara, dan langkah-langkah kerja. Selanjutnya
bisa menentukan bagaimana mengolah hasil-hasil pengamatan.

  7) Berkomunikasi
       Supaya siswa memiliki keterampilan berkomunikasi, siswa berlatih menyusun dan
menyampaikan laporan secara sistematis dan jelas, menjelaskan hasil percobaan atau
pengamatan, mendiskusikan dan menggambarkan data dengan grafik atau tabel.

  8) Interpretasi Data
       Keterampilan menginterpretasi atau menafsirkan data adalah salah satu keterampilan kunci dalam keterampilan proses, dimana data yang dikumpulkan melalui eksperimen disajikan dalam berbagai cara, seperti grafik dan tabel.Dengan adanya interpretasi siswa dapat membuat kesimpulan sesuai dengan kaidah ilmiah.
3 Penerapannya dalam fisika.
    Adapun penerapannya dalam pembelajaran fisika yaitu saat praktikum di laboratorium,di mana siswa dituntut dalam memperoleh pengetahuan,harus melakukan proses-psoses yang sistematis sehingga dapat memperoleh pengetahuan dan di publikasikan kepada semua orang,misalnya mengetahui persamaan hukum hook,siswa harus melakukan proses-proses sains  dari pengamatan sampai interpretasi data sehingga di peroleh persamaan hukum hook
D.Pendekatan Kontekstual
   1.Pengertian pendekatan konterkstual
       Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (US Departement of Education, 2001). Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa makna belajar, manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Dengan ini siswa akan menhadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna sebagai hidupnya nanti. Sehingga, akan membuat mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa akan berusaha untuk meggapinya.
       Tugas guru dalam pembelajaran kontekstual adalah membantu siswa dalam mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih berurusan dengan trategi daripada memberi informasi. Guru hanya megelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan suatu yang baru bagi siswa. Proses belajar mengajar lebih diwarnai Student centered daripada teacher centered. Menurut Depdiknas guru harus melaksanakan beberapa hal sebagai berikut: 1) Mengkaji konsep atau teori yang akan dipelajari oleh siswa . 2) Memahami latar belakang dan pengalaman hidup siswa melalui proses pengkajian secara seksama. 3) Mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa yang selanjutnya memilih dan mengkaiykan dengan konsep atau teori yang akan dibahas dalam pembelajaran kontekstual. 4) Merancang pengajaran dengan mengkaitkan konsep atau teori yang dipelajari dengan mempertimbangkan pengalaman yang dimiliki siswa dan lingkungan hidup mereka. 5) Melaksanakan penilaian terhadap pemahaman siswa, dimana hasilnya nanti dijadikan bahan refeksi terhadap rencana pemebelajaran dan pelaksanaannya.
       Menurut Blanchard, ciri-ciri kontekstual: 1) Menekankan pada pentingnya pemecahan masalah. 2) Kegiatan belajar dilakukan dalam  berbagai konteks 3) Kegiatan belajar dipantau dan diarahkan  agar siswa dapat belajar mandiri. 4) Mendorong siswa untuk belajar dengan temannya dalam kelompok atau secara mandiri. 5) Pelajaran menekankan pada konteks kehidupan siswa yang berbeda-beda. 6) Menggunakan penilaian otentik
       Menurut Depdiknas untuk penerapannya, pendekatan kontektual (CTL) memiliki tujuah komponen utama, yaitu konstruktivisme (constructivism), menemukan (Inquiry), bertanya (Questioning), masyarakat-belajar (Learning Community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian yang sebenarnya (Authentic). Adapaun tujuh komponen tersebut sebagai berikut:
 2.Komponen utama pendekatan kontekstual dan penerapannya dalam fisika
  1. Konstruktivisme (constructivism)
Kontruktivisme merupakan landasan berpikir CTL, yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, mengingat pengetahuan tetapi merupakan suatu proses belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif secara mental mebangun pengetahuannya, yang dilandasi oleh struktur pengetahuanyang dimilikinya. 

2 Menemukan (Inquiry)
Menemukan merupakan bagaian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual Karen pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri. Kegiatan menemukan (inquiry) merupakan sebuah siklus yang terdiri dari observasi (observation), bertanya (questioning), mengajukan dugaan (hiphotesis), pengumpulan data (data gathering), penyimpulan (conclusion). Contohnya dalam fisika,   
3 Bertanya (Questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu dimulai dari bertanya. Bertanya merupakan strategi utama pembelajaan berbasis kontekstual. Kegiatan bertanya berguna untuk : 1) menggali informasi, 2) menggali pemahaman siswa, 3) membangkitkan respon kepada siswa, 4) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa, 5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa, 6) memfokuskan perhatian pada sesuatu yang dikehendaki guru, 7) membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.Contohnya dalam fisika, misalnya guru menuliskan rumus hukum ohm lalu guru menyuruh siswa menyebutkan bunyi dari hukum ohm. 
4 Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran diperoleh dari hasil kerjasama dari orang lain. Hasil belajar diperolah dari ‘sharing’ antar teman, antar kelompok, dan antar yang tau ke yang belum tau. Masyarakat belajar tejadi apabila ada komunikasi dua arah, dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar.Contoh dalam fisika yaitu melakukan diskusi kelompok. 
5 Pemodelan (Modeling)
Pemodelan pada dasarnya membahasakan yang dipikirkan, mendemonstrasi bagaimana guru menginginkan siswanya untuk belajar dan malakukan apa yang guru inginkan agar siswanya melakukan. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan ,elibatkan siswa dan juga mendatangkan dari luar.Contoh dalam fisika, guru mendemonstrasikan cara penggunaan neraca ohauss 311gram, lalu siswa mengikuti apa yang didemonstrasikan oleh gurunya. 
6 Refleksi (Reflection)
Refleksi merupakan cara berpikir atau respon tentang apa yang baru dipelajari aau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa lalu. Realisasinya dalam pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi yang berupa pernyataan langsung tentang apa yang diperoleh hari itu.
7 Penilaian yang sebenarnya ( Authentic Assessment)
Penialaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberi gambaran mengenai perkembangan belajar siswa. Dalam pembelajaran berbasis CTL, gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami pembelajaran yang benar. Fokus penilaian adalah pada penyelesaian tugas yang relevan dan kontekstual serta penilaian dilakukan terhadap proses maupun hasil.Contohnya dalam fisika, yaitu guru memberikan evaluasi tentang materi yang telah dipelajari oleh siswanya.

Comments

Popular posts from this blog

STRATEGI PERJUANGAN MUHAMMADIYAH DAN GERAKANNYA

ALAT UKUR DAN PENGUKURAN